
SURABAYA – tarunanews.com, Saat ini pembicaraan soal ternak domba kian menggeliat sebagai bagian antisipasi ‘jelang’ pasca pandemi Corona Virus Diseases-2019 (Covid-19), dengan mengacu sebelum pandemi Covid-19 telah banyak ekspor domba dari Indonesia dikirim ke berbagai negara di dunia termasuk Malaysia, Singapura, Brunei bahkan kawasan negara-negara semenanjung Arab hingga mulai berdatangan permintaan dari sejumlah negara di Afrika. Kurang-lebih hal tersebut diungkapkan R. Tri Harsono Forum Peduli Jatim dalam diskusi terbatas di Surabaya kemarin (26/11/2020).
R. Tri Harsono menceritakan riwayat dimulainya ekspor domba dari Indonesia yang diminati di berbagai negara tersebut. Ekspor perdana itu dilakukan oleh PT Inkopmar Cahaya Buana yang dikomandani ole Rio Lukman (sebagai CEO) dan Harun Al Rasyid, sedangkan sebagai pengimpor di Malaysia melalui Datu Raghu Lokanathan Pillai dari Ternakan Kamran Trading Sdn Bhd (yang beralamat di Jalan Changkat Jong, Teluk Intan, Perak 36000, Malaysia, red.) dengan ekspor perdana pada akhir bulan Juni 2018, sekitar dua tahun lalu lebih. Bahkan ekspor perdana oleh PT Inkopmar Cahaya Buana tersebut didukung oleh Menteri Pertanian ketika itu, Andi Amran Sulaiman pria kelahiran Bone (Sulawesi) 27 April 1968.
Menurut R. Tri Harsono, ekspor domba yang dilakukan oleh PT Inkopmar Cahaya Buana pimpinan Rio Lukman pada awalnya melalui kapal. Namun atas bantuan Menteri Pertanian ketika itu, Andi Amran Sulaiman, yang menghubungi Menteri Perhubungan saat itu, Budi Karya Sumadi, maka ekspor selanjutnya bisa dilakukan melalui Bandara Juaanda Surabaya. “Kepedulian Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ketika itu, luar biasa apresiatif. Hal yang kurang lebih sama tampaknya dilakukan Menteri Pertanian saat ini, Syahrul Yasin Limpo. Pria kelahiran Makassar (Sulawesi) 16 Maret 1955 itu tampak serius dukung ekspor domba, yang juga didukung Komisi IV DPR RI diantaranya Wakil Ketua Komisi IV Hasan Aminuddin,” ungkap R. Tri Harsono.
Menurut R. Tri Harsono, ekspor yang dilakukan Rio Lukman dengan pengimpor Datu Raghu Lokanathan Pillai dari Malaysia itu menjadi bagian penting sejarah ternak domba yang diharapkan oleh para peternak domba karena Rio Lukman membeli dari peternal dengan perhitungan harga yang lebih tinggi sekitar Rp.5 ribu – Rp.7 ribu per kilogram ketika itu. “Dengan harga yang tinggi seperti itu bisa menaikkan penghasilan secara signifikan untuk peternak. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan kepedulian lebih dari pemerintah,” ungkap R. Tri Harsono seraya menyebut apalagi pengimpor dari Malaysia Datu Raghu Lokanathan Pillai sejak sekitar pertengahan tahun 2020 ini diangkat menjadi semacam Penasehat Nasional untuk bidang pertanian/peternakan di Malaysia.
Siswahyu Kurniawan penulis buku Humor Desa, sepakat dengan yang disampaikan R. Tri Harsono, perlu dukungan lebih dari pemerintah. Menurutnya dengan jumlah peningkatan pendapatan yang tinggi untuk peternak dari harga domba per kilogram itu bahkan akan bisa sangat membantu pengentasan kemiskinan di Indonesia. Apalagi konon dengan memelihara 29 ekor domba dalam waktu sekitar 50 hari (anggap saja dua bulan), bisa memberikan penghasilan sekitar Rp.10 juta hingga Rp.12 juta, yang berarti per bulan menghasilkan Rp.5 juta.
Hal tersebut akan bisa menjadi peningkatan penghasilan yang lebih signifikan apabila antar peternak kompak dan ‘mematuhi’ apa yang menjadi standar ekspor. “Ini mumpung akan Pemilihan Kepala Daerah, program semacam ini juga penting untuk menjadi bagian program dari tiap Calon Kepala Daerah karena akan menyangkut pengentasan kemiskinan,” ungkap Siswahyu Kurniawan. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Sis).
>