1744068550013

Oleh : Ardi Krisnamurti 

Dunia sedang tidak baik saja. Dunia sedang menghadapi era ketidakpastian. Presiden terpilih USA Donald Trump menerapkan tarif dagang baru kepada semua mitra dagang dengan USA. Tarif import baru USA lebih mudah disebut “Tarif Trump”. Tarif Pertama adalah menerapkan tarif Import 10% tanpa pandang bulu untuk semua mitra dagang USA. Sedangkan tarif tambahan atau tarif kedua adalah Tarif Resiprokal untuk beberapa mitra dagang dalam hal ini 58 mitra dagang yang dianggap menikmati previlege USA khususnya surplus perdagangan dengan USA. Indonesia dianggap salah satu mitra dagang yang dianggap menikmati hal ini. Nilai tarif resiprokal untuk Indonesia mencapai 36 %.

Mari kita melihat kondisi obyektif neraca perdagangan Indonesia – USA saat ini. Dari data yang dihimpun dari BPS, PDSI Kemendag menunjukkan di 2024 nilai eksport Indonesia ke USA adalah USD 26.31 Milyard sedangkan Nilai Import Indonesia USD 11.96 Milyard. Neraca dagang Indonesia – USA surplus sekitar USD 14.34 Milyard.

Baca Juga :  GAGAH BERSAMA PECI MERAH.

Penulis mengelompokkan dua grup besar eksport Indonesia ke USA.

A. Eksport berbasis industri padat karya

1. Pakaian, aksesori pakaian HS 61 senilai USD 2.84 Milyard

2. Pakaian dan aksesori bukan rajutan HS 62 senilai USD 2.12 Milyard

3. Perabotan dan Furniture HD 94 senilai USD 1.43 Milyard

4. Mesin dan perlengkapan elektronik dan otomotif HS 85 senilai USD 4.18 Milyard.

B. Eksport berbasis Kompetensi sumber daya alam

1. Minyak hewani dan Nabati HS 15 senilai USD 1.78 Milyard

2. Karet dan Produk Karet HS 40 USD 1.608 Milyard

3. Ikan dan Krustacea HS 83 USD 1.09 Milyard

4. Olahan daging ikan dan Krustacea HS 10 USD 0.78 Milyard

Dampak pertama “Tarif Trump” adalah turunnya nilai eksport Indonesia ke USA karena harga jual ke konsumen naik dan daya beli konsumen turun di USA. Selain itu sektor industri berbasis padat karya masih banyak pesaing di Global dengan nilai kompetensi lebih tinggi. Ini menimbulkan potensi penurunan nilai eksport dikisaran 10 % – 25% atau sekitar USD 1.5 – 4 Milyard.

Baca Juga :  Sebentar Lagi Jelang Bulan Suci Rhamadhan Untuk Mempersiapkan Diri Ke Jalan Yang Di Rhidoi Allah SWT.

Untuk grup B potensi penurunan diperkirakan tidak terlalu signifikan estimasi sekitar 5 – 10%. USD 300 – 600 juta. Karena negara kompetitor tidak banyak.Secara umum ada potensi penurunan eksport Indonesia ke USA sekitar USD 2.5 – 5 Milyard ke USA. Yang perlu sangat diperhatikan dampak penurunan eksport industri padat karya (Grup A) terhadap ekonomi Indonesia. karena potensi menyebabkan PHK di berbagai sektor, penurunan saya beli masyarakat, penurunan konsumsi masyarakat.

Dampak Kedua adalah “Tarif Trump” akan menyebabkan resesi Global. Ini akan menimbulkan penurunan GDP perekonomian Dunia sekitar 0.3 – 0.5% akibatnya perdagangan global ikut turun dan ekonomi ikut turun. Imbasnya struktur neraca dagang Indonesia berubah ketidakpastian sektor komoditas SDA yang menjadi andalan Indonesia akan mengalami penurunan baik dari sisi pendapatan, ekosistem dan performance industrinya.

Dampak ketiga dari “Tarif Trump” adalah dari sisi ketidakstabilan sistem moneter. Setiap ketidakpastian akan menimbulkan dampak ke Indonesia. Kurs USD yang naik, bunga pinjaman yang naik, penurunan investor asing di Bursa saham dan Foreign Direct Investment yang ketat.

Baca Juga :  Polisi yang dikenal dengan sebutan Polisi ‘Gaul’ karena sikapnya yang bersahaja ke semua pihak ini mengaku akan menjalankan tugas dan amanah meski di tengah masa pandemi Covid-19.

Pemerintah – Dunia Usaha – Masyarakat dan semua ekosistem yang terlibat harus bersama bahu membahu bersama dalam satu komando dibawah Chief Commander Indonesia Presiden’ Prabowo

1. Indonesia perlu melakukan negosiasi yang taktis melihat semua aspek. Mengutamakan kepentingan industri padat karya menjadi prioritas.

2. Beberapa argumentasi USA terkait perbaikan kondisi regulasi tarif dagang Indonesia ada benarnya. Perlu ada perbaikan regulasi terkait catatan pemerintah USA.

3. Memperkuat industri subtitusi Import terutama yang terkait industri pendukung di beberapa sektor industri strategis misalkan energi, Petrokimia, Pangan dll.

4. Terus memperkuat infrastruktur sebagai upaya memperkuat daya saing industri.

Semoga “Tarif Trump” memberikan hikmah yang baik buat Indonesia dan terus meningkatkan daya saing Indonesia di Global.

 

Ardi Krisnamurti, Tondano 7 April 2025

Leave a Reply

Chat pengaduan?