
MOJOKERTO – tarunanews.com, Ada beberapa titik tanah di kawasan Pandanarum, Kecamatan Pacet,

Masih menurut sumber yang enggan disebut namanya menyebut, terutama yang paling sering melakukan perjalanan dan singgah adalah Raja Hayam Wuruk (berkuasa tahun 1350 – 1389, red.), diantara lokasi lahan yang sering disinggahi diantaranya tanah keluarga R. Tri Harsono yang terletak tidak jauh dari Masjid Sabilul Muttaqin Desa Pandanarum.
“Tanah keluarga R. Tri Harsono termasuk sering disinggahi,” ungkap sumber yang tetap enggan disebutkan namanya.
Namun ketika dikonfirmasi kepada Sulung Rohadi (Abah Dedi tokoh yang low profile sederhana, dikenal dekat dengan KH Asep Saifuddin Chalim / ASC pemilik, pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah, red.) disebut tanah keluarga R. Tri Harsono dan sebagian sekitarnya termasuk gedong. “Tanahnya gedong,” ungkap Sulung Rahadi yang salah satu puterinya lulus mondok di Ponpes Amanatul Ummah pimpinan KH Asep Saifuddin Chalim ketua Umum PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) pusat yang kini juga sedang gencar didukung oleh berbagai daerah untuk menjadi pimpinan NU (PBNU) pusat.

“Cocok untuk bangunan yang berhubungan dengan Majapahit,” ungkap Sulung Rahardi, kemarin, dalam diskusi terbatas yang dihadiri sejumlah pihak termasuk Jalil dan R. Tri Harsono.
Lahan-lahan semacam itu harusnya diinventarisasi untuk ke depan agar mendapat perhatian lebih termasuk dari kalangan pemerintah maupun berbagai pihak untuk kemungkinan pengembangan berbagai hal.
Terpisah Siswahyu Kurniawan yang pernah menjadi Produser Pelaksana untuk rencana produksi kolosal Mahapatih Gajah Mada, hal yang diungkapkan oleh sumber yang enggan disebut namanya itu sangat memungkinkan.
Menurut Siswahyu Kurniawan, Raja Hayam Wuruk merupakan diantara Raja Majapahit yang paling rajin menapak-tilasi atau mengunjungi tempat-tempat yang dibangun para leluhur termasuk Petirtan Jolotundo meskipun bukan hasil pembangunan oleh Majapahit sendiri, karena Petirtan Jolotundo sudah ada sejak abad 10 yang dibangun oleh Wangsa Isyana.
Masih menurut Siswahyu Kurniawan, tidak hanya Petirtan Jolotundo yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk. Banyak sejumlah tempat lain dan tidak hanya di Mojokerto, tetapi termasuk Candi Palah atau Candi Penataran di Blitar yang mendapatkan tempat penting pada era Majapahit meskipun candi tersebut juga bukan dibangun oleh Majapahit sendiri namun dibangun pada tahun 1197 oleh Raja Crengga dari Kerajaan Kadiri. Sedangkan Majapahit mulai ‘resmi’ berdiri tanggal 10 November 1293.
“Candi lain yang suka dikunjungi Raja Hayam Wuruk adalah Candi Simping di Sumberjati Blitar,” ungkap Siswahyu Kurniawan yang juga sempat menulis sejumlah naskah untuk produksi dokumenter yang berhubungan dengan Majapahit akan tetapi dengan konsep dari berbagai sudut yaitu sisi sejarah dan legenda namun juga melibatkan cerita dan komentar masyarakat sekitar.
Terpisah, Jalil mengungkapkan KH Asep Saifuddin Chalim merupakan tokoh yang peduli Majapahit, tinggal maksimalisasi arah program yang bisa mendukung pengembangan tempat-tempat peninggalan Majapahit (dan yang berhubungan, red.) diantaranya untuk wisata dan pengembangan UMKM. Perlu wisata ikonik yang berkesan ‘gagah’ secara sejarah dan tak meninggalkan yang berbau Majapahit.
“Kyai Asep dan Gus Barra perlu memprioritaskan segera soal Majapahit ini dengan konkrit,” ungkap Jalil yang berasal dari Trawas, tidak jauh dari Petirtan Jolotundo.
Dari berbagai sumber terungkap berbagai pihak peduli, termasuk Pak Joko dan Bu Joko (notaris, red.).
“Kepedulian demi kepedulian perlu diformulakan,” ungkap Jalil, yang menyebut perlu fasilitasi pertemuan Kyai Asep Saifuddin Chalim, untuk focusing dan percepatan perwujudan titik-titik prioritas.
Mojokerto Raya dan sekitar disebut sebagai pusat pada masa lalu Majapahit yang ‘ada’ dari tahun 1293 hingga tahun 1500-an, akan tetapi disayangkan hingga saat ini dengan telah berganti berbagai bupati akan tetapi belum ada focusing yang konkrit dan besar sehubungan dengan peninggalan-peninggalan Majapahit. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).
>