SURABAYAtarunanews.com, Banyak yang belum sadar, atau mungkin minimal belum terlalu tahu, bahwa ada Perguruan Tinggi milik negara dibawah Menteri Perhubungan (kini Menhub dijabat Budi Karya Sumadi, red.) yang memiliki peranan vital untuk melahirkan para tenaga ahli bidang perhubungan, dalam Politeknik Transportasi Darat Indonesia – Sekolah Tinggi Transportasi Darat (PTDI – STTD) di Bekasi (kini dipimpin Hindro Surahmat), lebih-lebih untuk program D4 yang lebih menekankan ‘manejemen’ transportasi secara lebih menyeluruh, yang para alumni di bidangnya sekelas lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) yang berpangkat Aipda maupun sekelas lulusan Akademi Militer (Akmil) yang berpangkat Letnan Dua (Letda) untuk TNI. Kini ketua umum alumninya (Ikatan Alumni Ahli Lalu Lintas/IKAL) dipegang Haris Muhammadun. Kurang lebih hal tersebut diungkapkan R. Tri Harsono Forum Peduli Indonesia Sejahtera (FORPIS) dalam diskusi terbatas di Surabaya kemarin (05 Desember 2020) yang kebetulan bertepatan dengan HUT PTDI – STTD ke-40.

Menurut R. Tri Harsono meskipun pada awal-awal keberadaan PTDI – STTD pada sekitar tahun 1951 mengalami gelombang pasang-surut yang kurang mengenakkan, namun terpaan ombak besar itu telah berlalu hingga kemudian kini mewujud menjadikan PTDI – STTD yang kokoh, tangguh dan tak tertandingi dalam bidangnya.

Bahkan menurut R. Tri Harsono, tiap tahun terjadi peningkatan pendaftar (waktu pendaftaran biasanya sekitar bulan April tiap tahunnya, red.) terutama untuk Pola Pembibitan/Polbit (Ikatan Dinas) diantaranya karena mengetahui bahwa ketika lulus dari program tersebut maka akan otomatis menjadi Aparatur Sipil Negara/ASN atau PNS dengan Golongan 3-A, sedangkan Beaya Akademik gratis, dan para taruna/taruni hanya tinggal menanggung Beaya Penunjang/Permakanan yang itupun jumlahnya relatif sedikit dibandingkan hasil yang didapat ke depan.

Berdasarkan sejarah sebagaimana disampaikan R. Tri Harsono, pada waktu itu untuk memenuhi kebutuhan tenaga pimpinan menengah di bidang lalu lintas jalan (calon Verkeers Inspecteur) maka pada tahun 1951 didirikan Akademi Lalu Lintas (ALL) dan diresmikan tanggal 8 September 1951 oleh Presiden Pertama Republik Indonesia (Ir. Soekarno/Bung Karno). Namun akademi ini hanya berhasil meluluskan satu angkatan (17 orang), yang sebagian besar lulusannya berhasil menduduki jabatan tinggi di Pemerintahan, khususnya di dalam sub sektor Perhubungan Darat termasuk Nazar Nurdin, eks-Dirjen Perhubungan Darat adalah salah satu alumni ALL.

Baca Juga :  Danpasmar 3 Hadiri Pelantikan Dan Penyumpahan Bintara Dan Tamtama TNI AL Program Khusus Papua

Namun menurut R. Tri Harsono, sejak tahun 1953 lembaga ini hanya melaksanakan pendidikan teknis setingkat diploma I dan diploma II untuk beberapa angkatan serta kursus-kursus singkat lainnya sampai dengan tahun 1964. Hal tersebut diantaranya karena situasi-konsisi negara.

Sebagaimana diceritakan R. Tri Harsono, gagasan untuk menghidupkan kembali akademi tersebut atas prakarsa Ir. Giri S. Hadihardjono MSME (Dirjen Perhubungan Darat waktu itu), dan Harjan Kenasib SE (Kapusdiklat Perhubungan Darat), serta Drs Muchtarudin Siregar (Bappenas), yang mengusulkan untuk menghidupkan kembali Akademi Lalu Lintas yang juga dinilai vital dengan memperhatikan kondisi transportasi darat yang kian berkembang hingga dibutuhkan SDM Perhubungan Darat yang trampil dan profesional, sebagai kader pimpinan menengah Perhubungan Darat. Juga sebab perkembangan teknologi transportasi jalan dan pertumbuhan kegiatan perekonomian masyarakat yang menyebabkan kompleksitas permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan.

“Hingga pada tanggal 5 Desember tahun 1980 ALL dihidupkan kembali dengan nama BPL Ahli LLAJR yang menyelenggarakan Program Diploma III Ahli Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan ‘menghidupkan’ kembali ALL yang terjadi pada tanggal 5 Desember 1980 itu, sekaligus dijadikan acuan untuk memperingati HUT ALL (kini PTDI – STTD) tiap tahun, yang untuk tahun 2020 merupakan HUT ke-40,” ungkap R. Tri Harsono yang terus menceritakan perkembangan ALL.

Ungkap R. Tri Harsono, untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para lulusan, khususnya tentang multimoda angkutan darat, melalui Keputusan Mendikbud No. 002/0/1991 tanggal 9 Januari 1991, BPL Ahli LLAJR menyelenggarakan Program Diploma IV Transportasi Darat. Melalui pendanaan BLN, Program Studi Diploma III Ahli LLAJ dan Diploma IV Transportasi Darat dibangun dan selama 13 (tigabelas) tahun ditumbuhkembangkan bekerjasama dengan UCL (University College London), sejak tahun 1980 sampai dengan 1993.

Baca Juga :  MOI Loteng Segera Laporkan KPUD Loteng Ke Ombudsman

Lahirnya Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 setelah diubah terakhir Peraturan Pemerintah ini dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, serta Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.686/U/1991 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi, maka keberadaan Balai Diklat Ahli LLAJR tersebut diperlukan alih status dalam bentuk Perguruan Tinggi (Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas).

Pengalihstatusan tersebut baru terealisasi tahun 2000 melalui Keppres No. 41 Tahun 2000 Balai Diklat Ahli LLAJR dialihstatuskan menjadi Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) dengan mengistegrasikan Program Studi Diploma II Pengujian Kendaraan Bermotor di Tegal dan Program Studi Diploma III LLASDP di Palembang menjadi bagian Program Studi dari STTD Bekasi.

“Atas inisiatif Dirjen Perhubungan Darat dan Kepala Badan Diklat Perhubungan pada tahun 2003 diselenggarakan Program Diploma III Perkeretaapian sebagai bentuk menghidupkan kembali Diploma III Ahli Teknik Kereta Api. Dari awal pendiriannya sampai dengan saat ini keberadaan Program Studi di bawah STTD tersebut merupakan fenomena, dan secara bertahap meningkatkan kinerja sub sektor Perhubungan Darat di tingkat Pusat dan Daerah,” cerita R. Tri Harsono mengungkapkan fakta.

R. Tri Harsono pun menceritakan bahwa kebutuhan akan tenaga trampil yang dihasilkan STTD demikian besar, terbukti dari permintaan daerah baik secara tertulis melalui surat maupun lisan, serta formasi kepegawaian untuk lulusan STTD dari daerah dengan jumlah yang cukup tinggi. Bahkan Menteri Perhubungan dalam sejumlah kesempatan sempat mengungkapkan kebutuhan tiap tahun untuk bidang perhubungan, ribuan tenaga yang meliputi matra darat, laut dan udara, yang itu bisa dipenuhi.

Terpisah Siswahyu Kurniawan penulis buku Bung Karno Dan Pak Harto, sepakat dengan banyak hal yang disampaikan R. Tri Harsono termasuk adanya jasa Bung Karno pada awal-awal, selaku Presiden RI yang pertama. Meskipun pada awal-awal tersebut mengalami hambatan, namun Siswahyu Kurniawan melihat penting jasa Bung Karno untuk awal berdiri PTDI – STTD tersebut.

Baca Juga :  Kompak Bersatu, Semua Pengurus Hadiri Puncak Perayaan Maulid PWNU NTB

“Jangan sampai melupakan sejarah,” ungkap Siswahyu Kurniawan yang juga penulis buku biografi Asmuni-Srimulat dan buku biografi Mardjito GA (pernah jadi DPD RI) yang ketika itu Komisaris Bank Bukopin dan sekretaris Induk KUD (INKUD) pusat, yang kebetulan putrinya, Khansadinah Nahdah Wahyuda, diterima masuk Pola Pembibitan (Ikatan Dinas) pusat di PTDI – STTD sejak Juli 2019 (Angkatan ke-41).

PTDI – STTD pun terus menggeliat. Ikatan alumninya (IKAALL) yang dipegang Haris Muhammadun (2019 – 2023) pun pula menggeliat menata diri untuk ke depan agar bisa lebih memberi manfaat untuk PTDI – STTD maupun alumninya, serta bangsa negara.

Dr. Ir. Haris Muhammadun, ATD, MT, IPM, pria yang lahir di Grobogan 1 Mei 1972 (dan mengundurkan diri dari PNS sejak tahun 2011, red.) berprofesi sebagai Konsultan transportasi dan juga salah satu jajaran teras INKINDO secara Gentle Agreemant mengusung 8 Pilar program kerja untuk IKAALL yang akan menjadi pijakan dalam membawa organisai ini lebih profesional dan bermartabat.

Delapan pilar tersebut yakni pengadaan sekretariat IKAALL Secara Mandiri (program 100 H), kartu anggota smart card, menjalin aliansi strategis dengan assosiasi profesi lain, membentuk Badan Kepengusahaan IKAALL, Mengembangkan Jejaring Organisasi, pemberdayaan anggota, penguatan peran IKAALL – STTD dalam kebijakan transportasi dan smart and good publication.

“Haris Muhammadun yang juga ketua DTKJ (Dewan Transportasi Kota Jakarta 2020-2023, red.) merupakan pengusaha yang juga pakar transportasi,” ungkap R. Tri Harsono seraya menyebut Haris Muhammadun gencar menata IKAALL di tingkat provinsi di seluruh Indonesia. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Sis).

Leave a Reply

Chat pengaduan?