Img 20210820 Wa0039
Img 20210820 Wa0039
JAKARTAtarunanews.com, Untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals), yakni dunia yg sejahtera (prosperous), aman (peaceful), dan berkelanjutan (sustaianable), maka kita umat manusia harus memperbaiki cara-cara kita membangun perkenomian dan cara-cara kita hidup di planet bumi ini, baik pada tataran paradigmatik maupun tataran praksis (teknis operasional).

Hal tersebut dalam sejumlah kesempatan disampaikan Prof. Rokhmin Dahuri. Hal tersebut telah dimulai oleh Rokhmin Dahuri sejak beberapa tahun lalu, diabtaranya dengsn, “The Application of Industry 4.0 – Based Technologies and Circular Economy in Developing a Prosperous, Peaceful and Sustainable World: a Lesson Learned from Indonesia”. Hal itu disampaikan dalam Leaders Round Table Discussion, Sustainable Development Jeju International Conference di Hotel Maison Glad, Jeju Island, South Korea.

Pendapat Rokhmin Dahuri yang masih up to date hingga kini itu diantaranya menyebut kapitalisme yang merupakan satu-satunya paradigma (sistem) kehidupan manusia yang dianut oleh sebagian besar bangsa-bangsa di dunia sejak tahun 1800-an telah menimbulkan sejumlah permasalahan yang telah mengancam kelestarian (sustainability) ekosistem planet bumi ini dan juga mengancam eksistensi peradaban manusia itu sendiri.

Baca Juga :  Peringati HUT RI Ke.74, Kecamatan Puri Gelar Lomba Poster GCP (Gerakan Cinta Puri )

“Memang, Kapitalisme telah mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dunia (Gross World Product) yg sangat signifikan, rata-rata 3,5 persen per tahun sejak Revolusi Indsutri Pertama pada 1750 sampai 2015. Pada 1750 GWP hanya US$ 0,45 trilyun, pada 2015 menjadi US$ 90, melonjak 200 kali lipat. Kemajuan IPTEK yg didorong oleh kerakusan dan rasa ingin tahu mahzab Kapitalisme juga telah membuat kehidupan manusia lebih sehat, mudah, cepat dan nyaman,” papar Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Rokhmin melanjutkan, gelombang kemajuan IPTEK yang terkelompokan ke dalam 4 era revolusi industri juga telah membuat ekonomi dunia semakin produktif dan efisien.

Namun, Kapitalisme juga telah menimbulkan permasalahan sosial-ekonomi, lingkugan, dan sosial-budaya yang sangat kompleks dan serius.

Di bidang ekonomi, sampai sekarang masih sekitar 1 milyar warga dunia hidup dalam kemiskinan absolut (ekstrem poverty) dengan pengeluaran kurang dari US$ 1,25 per hari. Hampir 3 milyar orang masih hidup miskin dengsn pengeluaran kurang dari US$ 2 per hari.

Baca Juga :  18.000 Porsi Makanan Tiap Hari Disediakan untuk Kluster di Salah Satu Ponpes di Banyuwangi

“Yang lebih mencemaskan, ketimpangan ekonomi baik dalam satu negara maupun antar negara semakin melebar,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong.

Di bidang lingkungan, terangnya, pencemaran, pengikisan biodiversity dan kepunahan spesies, perusakan fisik ekosistem alam, dan pemanasan global telah mencapai tingkat yg mengancam kelestarian bumi dan kehidupan manusia.

Di bidang sosial- budaya, kehidupan manusia terutama di daerah perkotaan semakin stress, narkoba, HIV/AIDS, frustasi, perampokan, bunuh diri, perzinahan, kemunafikan, hoax, dan penyakit sosial lainnya merebak masif. Diatrust society dan post truth mendominasi kehidupan masyarakat.

Maka, paradigma Kapitalisme mesti diganti dengan paradigma kehidupan yang menuntun manusia bahwa manusia itu bukan hanya terdiri dari fisik (lahiriah), tetapi juga rohani, ruh, dan jiwa. Karenanya, kebahagian tidak mungkin bisa dipuaskan oleh harta, tahta, popularitas dan hal-hal duniawi lainnya.

“Tapi, mesti dengan kedamaian hati, jiwa. Bahwa sumber daya alam dan kekayaan itu bukan milik manusia, tetapi hanya titipan dari Tuhan. Yang diperoleh melalui ikhtiar dan doa manusia. Maka, kekayaan tidak boleh terkonsentrasi oleh segelintir orang. Bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, kehidupan yang hakiki dan abadi adalah di akhirat,” pungkasnya.

Baca Juga :  Desa Songowareng Gelar Sedekah Bumi.

Pembicara lain dalam leaders round table: Dr. Valerie Cliff (Regional Director for Asia and the Pacific Region, UNDP), Dr. Anna Messinis (Vice President of Municipality of Venice, Italy), Mr. Song Han-Jun (President of Association of Metropolitan and Provincial Council Chairs, South Korea), Dr. Lien Sheng (Deputy Secretary General of Peoples Government of Hainan Province, China), Prof. Dr. Vijay Jagannathan (Secretary General of CityNet), Dr. Jatopong Kaewsai (Director of Phuket Foreign Affairs, Thailand), dan Dr. Sarwat Chowdhury (Policy Specialist, UNDP).

Dihadiri oleh sekitar 500 peserta dari 25 negara. Konferensi dibuka oleh Dr. Won Heeryong, Governor of Jeju Special Self-Governing Province, Republic of Korea.

Untuk itu Rokhmin Dahuri menyebut penting pula Indonesia lakukan evaluasi terhadap kapitalisme, dalam suasana HUT Kemerdekaan RI Ke-76 (17 Agustus 1945 – 17 Agustus 2021). “Selamat HUT RI Ke-76,” pungkas Rokhmin Dahuri yang telah malang melintang di dunia internasional ini. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).

Leave a Reply

Chat pengaduan?