Indonesia merupakan negara kesatuan yang penuh dengan kekayaan alam dan keanekaragaraman kebudayaan ras, bahasa daerah, suku, agama, dan lain-lainnya. Semua itu merupakan kekayaan Indonesia yang harus kita pertahankan sebagai warga Negara Indonesia demi mempertahankan kekayaan yang kita miliki. Untuk mempertahankan keutuhan dan kesatuan Indonesia, salah satu sikap yang harus kita tanamkan dalam diri kita yaitu sikap nasionalisme. Nasionalisme sendiri ialah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal. Dari definisi tersebut, jiwa nasionalisme harus mengalir dalam tubuh kita, karena nasionalisme ini murupakan salah satu unsur penggerak kita untuk mencintai dan mempetahankan keutuhan Indonesia.
Namun, yang menjadi permasalahan saat ini adalah mulai lunturnya semangat nasionalisme warga negara Indonesia, terutama dari generai muda. Salah satu faktor penyebab pudarnya semangat nasionalisme dari kalangan generasi muda ini karena saat ini kita berada di era globalisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat seperti lebih senang menggunakan produk luar, tidak ingin lagi mempelajari budaya Indonesia sendiri,tidak antusias mengikuti upacara bendera merah putih, bergaya seperti kehidupan kebarat-baratan, dan lain sebagainya yang tentunya bertolak belakang dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Efek negatif dari era globalisasi yang lebih canggih dan modern ini yang membuat masyarakat menjadi lebih individualis dan apatis terhadap negara mereka sendiri, Dan itu sangat bertentangan dengan sila-sila Pancasila dan mengakibatkan pudarnya semangat nasionalisme masyarakat Indonesia, dan hal tersebut sangat berbahaya bagi keutuhan dan kesatuan Indonesia.
Padahal, tanpa semangat nasionalisme ini kita tidak akan merasakan kemerdekaan saat ini yang bias kita rasakan. Pahlawan terdahulu saling membantu dan berjuang melawan penjajah karena mereka memiliki cita-cita dan tujuan yang sama yaitu merdeka. Dalam mewujudkan kemerdekaan, islam nusamtara juga turut serta dalam proses merebut kemerdekaan ini. Maksud dari islam nusantara itu sendiri ialah pemahaman, pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu’amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syari’at, dan ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara. Ketika memperjungkan kemerdekaan, tiada kekuatan tunggal dalam merebut kemerdekaan tersebut. Segenap masyarakat pribumi saling kerjasama berjibaku melawan kolonialisme. Dari sekian kekuatan, gerakan Islam Nusantara pada waktu itu menjadi salah satu entitas yang tidak bisa dianggap sepele, dan sangat disayangkan apabila sampai tidak tercatat di dalam sejarah Nusantara yang kini sebagian besar wilayahnya dikenal menjadi Indonesia.
Islam turut andil dalam kemerdekaan tentu saja karena dalam islam mengajarkan pentingnya memberikan kemerdekaan secara proporsional kepada semua ciptaan makhluk Allah Swt. Sehingga, umat Islam juga memiliki andil sangat besar dalam merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah yang sangat dholim dan menindas warga negara Indonesia ketika masa penjajahan. Dan salah satu model keagamaan saat merebut kemerdekaan adalah islam nusantara. Islam nusantara merupakan Islam khas Indonesia yang menggabungkan Islam teologis dengan nilai tradisi lokal, budaya dan adat istiadat Indonesia. Karakter Islam nusantara menunjukkan adanya kearifan lokal di nusantara yang tidak melanggar ajaran Islam, namun justru menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak tersebar di wilayah Indonesia dan yang menentang keras adanya islam radikal yang ada di Indonesia.
Islam nusantara sangat selektif dalam ranah keilmuan dan sangat objektif soal kebudayaan. Dalam meraih kemerdekaan Indonesia juga demikian, para ulama bersatupadu menata keilmuan untuk membela negara Indonesia. Dan dari itulah kita dapat melihat bahwa para ulama dan masyarakat bergabung untuk melawan penjajah dengan semangat nasionalisme mereka. Gus Dur dalam “Pribumisasi Islam” yang ia populerkan juga menekankan nilai dasar ajaran Islam (Weltanschauung Islam) terbagi dalam tiga bagian yaitu persamaan, keadilan dan demokrasi. Ketiga ini diwujudkan dalam sikap keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan. Itulah kenapa ada agenda prioritas dimana Gus Dur mengajak untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang apa yang harus dilakukan umat Islam dalam bangsa Indonesia majmuk ini. Dengan kata lain, nasionalisme umat Islam di Indonesia harus beriringan dengan menjalin dan menjaga hubungan dengan setiap unsur bangsa. Bukan malah mengaktualisasikan spirit Islam guna mengagendakan pertumpahan darah seperti yang kini dialami oleh sebagian negara-negara Timur Tengah.
Oleh sebab itulah, kita sebagai warga Negara Indonesia harus menjaga, meneruskan dan melestarikan pengorbanan para pahlawan dan ulama-ulama kita yang sebelumnya telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan cara yang tepat untuk mempertahankan perjuangan pahlawan dan ulama-ulama sebelumnya yaitu dengan menanamkan jiwa dan semangat nasionalisme, yang selalu mencintai dan melindungi segenap bangsa agar selalu terjaganya keutuhan dan kesatuan Indonesia. Adapun hal kecil yang dapat kita lakukan, namun hal tersebut memiliki imbas yang sangat besar untuk melatih jiwa nasionalisme kita yaitu dengan cara refleksi sejarah Indonesia agar kita lebih tahu mengenai sejarah-sejarah Indonesia, lalu dengan mengikuti upacara bendera merah putih dengan khidmat, memperkenalkan berbagai ragam kebudayaan Indonesia, memakai dan mencintai produk Indonesia dan masih banyak hal lain yang dapat kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan semangat nasionalisme kita. Mari kita jaga bangsa tercinta kita, pertahankan jiwa nasionalisme kita untuk melindungi segenap keutuhan dan kesatuan Indonesia.

Baca Juga :  Pak Samsoe, Segenap Direksi, Staf & Seluruh Karyawan Sri Kedaton Resto Ucap Selamat Memperingati Nuzulul Quran 1443 H

Penulis :

Nama : Dwi Awalia Arisca
Tempat, Tanggal Lahir : Tarakan, 16 Agustus 2000
Asal kampus : Universitas Islam Malang
Fakultas : Ilmu Administrasi
Program Studi : Ilmu Administrasi Malang

Leave a Reply

Chat pengaduan?