

Ada apa dengan Natalius Pigai?
Natalius Pigai, pria kelahiran Papua 25 Desember 1975 ini menyebutkan menerima laporan dari pihak keluarga korban KM Bali Permai 169 dikabarkan hilang kontak dengan membawa Anak Buah Kapal (ABK) pada 30 Juli 2021.
Dalam keterangannya kepada media ini Nataliys Pigai menyampaikan bagwa KM Bali Permai 169 mengalami lost contact dari sistem monitor (VMS) tanggal 30 Juli 2021 di lokasi operasi penangkapan Ikan Samudera Hindia dengan Radial 210 dan jarak 1.471 Km dari Kansar Denpasar. Namun KM Bali Permai beserta 18 ABK itu hingga kini belum diketemukan.
“Sayangnya, sikap perusahaan dan pemerintah yang belum menyampaikan peristiwa besar ini kepada publik,” sesal Natalius Pigai yang pernah menjadi Ketua Asosiasi Mahasiswa Papua/AMP internasional tahun 1997 – 2000, yang juga penulis buku Migrasi Tenaga Kerja Internasional ini.
Natalius Pigai menyesalkan, baik pihak Perusahan, Basarnas, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perikanan dan Kelautan belum menyampaikan peristiwa besar tersebut kepada rakyat Indonesia. Bahkan pihak keluarga korban juga belum pernah dihubungi, sampai surat dari pihak Perusahan baru tiba tanggal 4 September 2021.
“Ada dua kemungkinan yang terjadi pada kapal. Pertana, mungkin kapal tenggelam. Kedua, kapal terombang-ambing di Samudera Hindia,” ungkap Natalius Pigai seraya menjelaskan, apabila kemungkinan kedua yang terjadi misal maka dapat diduga ABK masih bisa hidup karena persediaan makanan yang dibawah untuk kebutuhan 3 bulan terhitung sejak 12 Juli 2021 sampai 12 Nopember 2021. Sehingga menurut Natalius Pigai jika upaya pencarian dilakukan secara masif dan diumumkan ke publik maka berpotensi bisa diselamatkan.
“Pemerintah dan pihak perusahan terkesan menyembunyikan dan mendiamkan peristiwa ini. Berbeda dengan peristiwa serupa selama ini, dimana Basarnas dan Pemerintah mengumumkan ke publik dan mobilisasi secara masal bagi upaya pencarian,” tandas Natalius Pigai yang pernah menjadi Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi/Menakertrans pada masa Al Hilal Hamdi tahun 1999 – 2004 ini.
Pihak keluarga korban belum pernah dihubungi. Surat dari pihak Perusahan baru tiba tanggal 4 September 2021 satu bulan setelah Kapal dinyatakan lost contact. Sebagai pembela kemanusiaan, Natalius Pigai meminta penjelasan terbuka ke rakyat Indonesia, mengapa Pemerintah dan Perusahan terkesan menyembunyikan peristiwa besar yang menimba 18 Warga Negara Indoneia dan kapalnya.
Natalius Pigai pun meminta penjelasan secara terbuka, diantaranya mengenai sejumlah hal dibawah ini.
Pertama mengapa peristiwa besar tersebut tidak diumumkan oleh Pemerintah agar mendapat perhatian publik.
Kedua, mengapa Rakyat Indonesia tidak pernah mengentahui mobilisasi sumber daya penyelematan atau pencarian?
Ketiga, mengapa satu media cetak, elektronik atau bahkan running text di televisi saja tidak pernah ada?
Keempat, mengapa kepada keluarga korban baru disampaikan pada tanggal 4 September 2021 yakni 1 bulan setelah Kapal tersebut dinyatakan lost contact?
Kelima, mengapa Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menkomarinvest tidak melakukan upaya koordinasi padahal Deputi Bidang koordinasi Kelautan dan Maritim sudah mengetahui peristiwa tersebut?
Keenam, apa yang terjadi antara pihak perusahan dan Basarnas, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan? (Siswahyu 081216271926).
>