
MOJOKERTO – tarunanews.com. Bantuan untuk yang terdampak Covid-19 di Indonesia yang dari pemerintah mengundang banyak tanya karena banyak yang tidak tertuju pada sasaran yang tepat sebagaimana juga telah dimuat di berbagai media di Indonesia. Diantaranya karena yang diberi bantuan ‘dipilihi’, tidak seperti di Malaysia dimana setiap keluarga mendapat bantuan namun yang merasa sudah mampu maka biasanya mengembalikan bantuan tersebut. Tidak seperti di Indonesia, malah tak jarang justru pihak yang harusnya mendapat bantuan tapi malah tidak mendapat bantuan. Terjadi di banyak daerah di Indonesia termasuk Mojokerto. Hal tersebut kurang lebih disampaikan Mustofa pemerhati masalah sosial Senin hari ini (17/08/2020), di sela renungan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-75.
Masih menurut Mustofa, pihak yang terdampak Covid-19 tersebut tak jarang yang diminta mengajukan semacam ‘klaim’ agar dibantu, namun banyak yang tetap saja tidak mendapat bantuan sebagaimana yang dialami lebih dari 50 ojek online di Mojokerto, yang bersama driver online yang tergabung Asosiasi Driver Online (ADO), sejak Maret 2020 hingga saat ini belum pernah satu kalipun mendapatkan bantuan pemerintah padahal pemasukan mereka pada periode Maret – Juni 2020 macet hampir total. Kini mereka masih kesulitan meskipun sudah mulai bergerak mencoba melakukan pekerjaannya. “Harusnya hal seperti ini tidak boleh luput dari perhatian pemerintah. Apalagi mereka termasuk kelompok terdampak Covid-19 paling parah yang juga diminta agar mengajukan bantuan. Namun sudah beberapa kali mereka mengajukan permohonan bantuan tapi beberapa kali pula hingga kini, belum mendapatkan bantuan,” kata Mustofa mengungkapkan kegalauannya.
Dikonfirmasi terpisah, Subagyo ketua umum Asosiasi Driver Online (ADO) yang juga membawahi 50 lebih ojek online, membenarkan apa yang disampaikan Mustofa bahwa para anggotanya belum pernah mendapat bantuan pemerintah. Dimana di dalam ADO terdapat sekitar seratus (100) lebih anggota, yang 50 lebih diantaranya adalah ojek online. “Para anggota kami memang belum pernah mendapat perhatian pemerintah. Tentu kami kecewa. Katanya yang terdampak Covid-19 diminta daftar mengajukan permintaan bantuan tapi dalam prakteknya belum dapat. Sehingga kadang anggota berpikir bahwa saya selaku ketua ADO dianggap tak becus,” ungkap Subagyo ketua ADO yang juga pelaku ojek online ini kecewa.
Subagyo pun mengaku, kini tidak tahu harus kemana lagi mengadukan nasib para anggotanya. Padahal tak jarang diantara anggota ojek online itu memakai motor kredit-an yang tiap bulannya tetap harus mencicil dan tidak ada keringanan. “Kok untuk cicilan motor, untuk makan pun tak jarang anggota yang kesulitan,” ungkap Subagyo. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).
>