Img 20211231 Wa0228

oleh : Kang Tiwi

MOJOKERTO | tarunanews.com, Meski saat ini Bupati Mojokerto definitif dipegang oleh Ibu dr. Hj. Ikfina Fahmawati, M.Si, namun masyarakat tetap merasakan seolah masih dipimpin MKP, suaminya.

Di sisi lain, banyak kalangan menilai bahwa ruh keberhasilan Mustofa Kamal Pasa (MKP) terletak di tangan Bapaknya, Ja’faril.

Pun Ning Ita, adik MKP, yang kini menjabat Walikota Mojokerto.

Baik Pemerintah Kota maupun Kabupaten di Mojokerto sekarang dalam genggam penguasaan hegemoni Dinasti Ja’faril.

Penggunaan kata *Dinasti* tak perlu diperdebatkan di sini. Karena hanya menambah deretan polemik panjang melelahkan. Yang penting publik pembaca paham maksudnya.

Bahwa gambaran di atas merupakan potret fakta. Yang secara realitas politik memang demikian adanya.

Tak perlu menyandang gelar atribut akademik S2 atau S3. Cukup S1 yakni Sarjana Ekonomi (SE). Lengkapnya H. Mustofa Kamal Pasa, SE. Sudah terbukti *AMPUH* masuk gelanggang politik praktis dan berakhir menang jadi BUPATI tahun 2010. Menggusur popularitas Gus Dim yang kala itu naik daun. Terlepas pergolakan saat itu harus dibayar mahal dengan terjadinya peristiwa *Mojokerto Membara*.

Plus minus pasti ada melekat pada diri pribadi seseorang. Hanya artikel pendek ini hendak menarik garis metodologi soal aura kepemimpinan MKP.

Baca Juga :  Pemerhati Aceh Ingatkan Hindari Janji Politik Tak Realistis di Bireuen

*Long Image* atau kesan awet yang dibawa MKP atas kiprah selama jadi Bupati sudah sedemikian menyatu dengan kebijakan membangun *JALAN COR*. Selagi kelas jalan di wilayah hukum Kabupaten Mojokerto bukan kategori jalan propinsi atau jalan negara, maka semua tersentuh *Jalan Cor*.

Lebih elegan lagi ditambah lampu penerangan jalan. Sehingga malam hari pelosok desa terpencil di Kabupaten Mojokerto tampak indah, terang, dan menambah suasana aman asri. Meski proyek ini juga sempat disorot publik sebagai bancakan lahan korupsi anggota DPRD, Rekanan, Kepala Desa beserta kroninya yang tergabung dalam TPK (Tim Pelaksana Kegiatan).

Penulis sendiri diam-diam menilai positif dari sisi lain gebrakan MKP dalam memajukan Kabupaten Mojokerto.

Sekali lagi, tulisan ini sementara tidak berbicara ekses kebijakan MKP. Baik menyoal jual beli jabatan, normalisasi sungai, TPPU, maupun korupsi sektor lain.

Kali ini pembaca diajak berpikir bebas. Namun tetap memakai koridor normatif. Agar lebih jernih menyikapi persoalan secara metodologis.

Bahwa jiwa MKP adalah jiwa petarung. Bukan tipe pecundang. Selalu lebih dahulu dalam menggagas kemajuan. Bahkan tak jarang staf birokrasi sekelas SETDA, juga para Kepala OPD dibuat bingung, kedodoran, kelabakan dan kalang kabut atas kebijakan MKP yang bersifat *dadakan* dan kental bernuansa *terobosan* .

Mental baja dan jiwa ksatria pemberani sebagai Putro Wayah Mojopahit sebenarnya mau secara utuh ditunjukkan MKP dalam memimpin Mojokerto.

Baca Juga :  PUSKAPPI Nilai AHY Cocok Pimpin Kementerian Investasi

Ibarat orang sedang dalam proses berbenah menuju kesempurnaan diri, tiba-tiba ditangkap karena dipandang teledor urusan lain. Mata musuh politik ternyata lebih tajam dalam melihat dan memelototi titik kelemahan MKP.

Gerakan MOJOPAHIT BANGKIT era milenial yang dicoba dipelopori MKP terpaksa kandas tengah jalan. Pupus sudah harapan menggebu mengembalikan Marwah Mojokerto yang syarat dengan khasanah historis bernilai tinggi sebagai pilot project kawasan berbasis Budaya Mojopahit yang Agung dan Adiluhung.

Bahkan belakangan tersiar kabar. Walaupun beliau hidup di jeruji besi. Namun banyak kolega yang sambang mengunjungi. Masih kangen dan menaruh simpati dengan gerak kepemimpinan MKP.

Saking unik dan berani tampil beda perangai pribadi MKP hingga ia dijuluki Bupati paling berani dan Fenomenal.

Betapa tidak. Di awal singgah Wisma Bupati di Pringgitan yang sekaligus sebagai Pendopo Kabupaten Mojokerto. Ia banyak dikritik.

Hampir tiap sudut bangunan. Juga taman dan titik titik wingit tertentu. Tak luput selalu ditaruh / dipasang menyala asap dupa. Aroma wangi semerbak pendopo laksana membawa kita kembali ke alam kerajaan tempo dulu.

Baca Juga :  H.Buat Santoso KSP Sentosa Makmur Dukung Presiden Jokowi Pro Pahlawan Covid: Selamat HUT Hari Pahlawan As Inspiration

Belum lagi kebiasaan beliau yang suka *misuh-misuh* dengan ungkapan verbal *mbokne ancuk*. Ketika merasa tidak cocok dengan bawahannya. Menjadi bahan rerasan di kalangan ASN, juga gunjingan saling guyon akrab sesama orang-orang dekatnya.

Begitulah figur MKP, tampil beda. Awal karir sebagai pengusaha. Tak berhenti di situ. Ingin memberi sumbangsih kepada masyarakat lebih luas dan lebih besar skala kiprah.

Hal ini oleh sebagian pengamat dibilang turut mewarnai dinamika Pelangi Mojopahit. Bupati paling berani, pragmatis, to the point, tak banyak basa basi. Ide, kerja, hasil konkrit.

Para pejabat OPD bukan goblok. Namun dinilai MKP hanya kurang trengginas. Tidak berani ambil resiko. Takut dan serba dihantui keraguan yang tak berkesudahan. Tidak cekatan dan kurang responsif dalam pola manajerial birokrasi Mojokerto.

Sikap ragu, gamang, dan terlalu teliti justru tak begitu disukai MKP. Gaya kepemimpinan model pragmatis ini berdampak MKP dicibir banyak orang. Tapi MKP tak ambil pusing. Termasuk tak peduli dengan pasemon Bupati korak dan *ugal-ugalan*. Bagi MKP yang penting endingnya menang. Masyarakat senang. Bisa sukses gemilang. Menjadi ikon orang nomor satu di Mojokerto.

* Penulis adalah aktivis LSM dan pemerhati budaya, tinggal di Pekukuhan Mojosari Mojokerto*

Leave a Reply

Chat pengaduan?