Polish 20221031 060953130 Compress57

(oleh : Drs. Kartiwi)

Sejak pertengahan tahun 2022 hingga tulisan ini diekspose, publik Mojokerto merasa gelisah disertai kasak kusuk, dengan hadirnya bangunan baru semacam pujasera di Selatan Gapura Pintu Masuk Alun Alun Kota Mojokerto.

Meski hal tersebut sebenarnya domain wilayah hukum Kota, namun warga Kabupaten Mojokerto pun merasa ikut “cawe-cawe” tergelitik merespon dan menyikapi. Tak terkecuali penulis rubrik opini ini.

Lantas, ada apa sesungguhnya yang terjadi di Alun Alun Kota Mojokerto saat ini?

Spontan banyak kalangan bereaksi. Dan anggota masyarakat penasaran bertanya-tanya. Mengapa tiba-tiba dibangun tempat baru permanen berkerangka konstruksi baja di Depan Gapura Pintu Selatan Alun-Alun Kota Mojokerto?

Pertanda apa Ruang Publik (baca : alun alun) TIDAK ditata apik. Agar aura nilai historis dan simbol representasi kearifan lokal tampak pakemnya.

Baca Juga :  Kapolres Gresik Hadiri Silahrurahmi Forkopimda Bersama Siswa Osis SMA-SMK

Ada pertanda apa aspek spirit budaya adiluhung seolah diabaikan. Ruh peninggalan leluhur seolah disingkur.

Lalu bagaimana corak etika dan estetika sebuah Alun Alun sebagai simbol ikon Ruang Publik yang punya *nash* serta penuh syarat makna bagi masyarakat Mojokerto dan sekitarnya.

Mengapa *leading sector* para penentu kebijakan pembangunan Tata Ruang Kota, seperti Bappeda / Bappeko, PUPR, terkesan kalah dan patah berargumen di hadapan broker proyek.

Feasibility Study apakah pernah dipresentasikan secara lengkap bersama *Stake Holder* yang lain.

Jika ada slentingan, bahwa anggota DPRD Kota Mojokerto pernah menolak rencana pembangunan tersebut, tetapi mengapa pihak eksekutif tetap memaksakan diri.

Bukankah penolakan tersebut dapat dinilai sebagai representasi ketidaksetujuan dari sikap mayoritas publik Mojokerto.

Baca Juga :  Puluhan Advokat Yang Tergabung Tim Advokasi Ponorogo Hebat Deklarasi Dukung Sugiri Sancoko Dua Periode

Demikianlah, jika ada sesuatu motif yang tidak beres, tidak terbuka, tidak transparan, ujung ujungnya pasti menuai badai kritik.

Perlahan tapi pasti, bakal terkuak motif dibalik pembangunan proyek prestisius skala Kota yang terkesan dipaksakan itu.

Alih – alih ada muatan jargon pemberdayaan ekonomi dan percepatan pemulihan kesejahteraan masyarakat pasca Covid 19, dikiranya sudah aman dan pas mantap sesuai protap SOP.

Padahal sudah bisa ditebak. Ada banyak campur tangan dan kepentingan yang ikut andil dalam pembangunan infrastruktur selatan alun alun tersebut.

Dan yang pasti, aroma nafsu kapitalis mulai menyeruak ke permukaan. Bahwa sedemikian halus rapi permainan mereka mempengaruhi kebijakan Walikota. Walaupun kelak di kemudian hari si Walikota terkena batunya jika pembangunan tersebut ternyata bermasalah.

Baca Juga :  Polres Madiun Kota Ungkap Kasus Pembunuhan Bermotif Dendam

Sehingga sampai saat ini bisa kita lihat di lapangan. Ketika sebuah ide dibangun berlandaskan motif keuntungan ekonomi sesaat, dan tidak berpijak pada nilai pelestarian keagungan leluhur maka ide tersebut cenderung kropos tanpa ruh. Lalu rontok tak bertahan lama saat diuji waktu.

Wassalam,

*) Penulis adalah aktivis LSM dan pemerhati masalah sosial budaya, tinggal di Pekukuhan Mojosari Mojokerto.

Leave a Reply

Chat pengaduan?