

Situs Sitinggil ini berada di Dusun Bendo, Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, sekitar 38 kilometer dari kota Lamongan. Situs ini sendiri berada di tengah hutan jati dan lokasi situs ini sendiri dari jalan desa agak naik ke atas dengan jarak sekitar 200 meter dan tak jauh dari pemakaman umum desa setempat.
Warga kerap menyebut situs ini sebagai situs Sitinggil karena letaknya yang lebih tinggi dari kawasan di sekitarnya. Luas bangunan sekitar 6×6 meter untuk bagian bawah atau dasarnya dan puncaknya memiliki luas sekitar 2×2 meter dan tingginya sekitar 2 meter. “Situs Sitinggil ini adalah sebuah bangunan punden berundak zaman megalitikum,” tuturnya
beginilah kondisi keberadaan situs Sitinggil ini sendiri sudah diidentifikasi oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu sebagai salah satu peninggalan masa megalitik berupa bangunan punden berundak. Pinggiran situs ditopang juga oleh susunan bebatuan. “Dalam hal Sitinggil memang keterangan dari foto badan arkeologi Belanda menyebutnya sebagai bangunan megalitik,” tandasnya
Situs ini juga oleh warga sekitar sering disebut juga sebagai petilasan Jaka Mada atau Gajah Mada saat masih kecil. Dulunya, lanjut lokasi Sitinggil ini oleh warga disebut sebagai tempat beraktivitas dan bermain masa kecil Gajah Mada mengingat letaknya yang cukup tinggi dari perbukitan sekitar dan oleh warga dikenal dengan nama Siti Hinggil atau Sitinggil yang berarti tanah tinggi.
“Sitinggil ini sendiri adalah sebuah tatanan batu-batu alami yang dibentuk menyerupai sebuah punden berundak, dengan beberapa tingkatan dan bagian puncaknya dapat di tempati sebagai aktifitas semedi atau ritual lainnya,” papar Dimas warga sekitar
Dimas warga sekitar menambahkan, cerita lokal masyarakat Modo seringkali mengidentikkan keberadaan wilayah mereka dengan nama besar Patih Gajah Mada sewaktu masih remaja ketika masih tinggal di wilayah itu. “Semoga ke depan ada cukup penelitian yang memadai sehingga dapat diperoleh penjelasan yang lebih rinci,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama saat berkunjung ke Situs Sitinggil ini, mengaku kagum dengan keberadaan situs Sitinggil ini. Situs Sitinggil ini, menurut dimas, bukanlah situs purbakala biasa layaknya bangunan candi tapi sebuah bangunan peninggalan masa megalitik.
“Kita datang ke situs Sitinggil ini untuk bersama-sama berdiskusi, saling berbagi informasi, mengamati, juga merencanakan upaya pelestarian situs ini,” kata Dimas
Dimas warga masyarakat sekitar setinggil menambahkan, Situs Sitinggil ini sudah termasuk dalam situs cagar budaya yang telah terdata dan dilindungi. Hal ini, lanjut dimas dibuktikan dengan adanya juru pelihara yang ditetapkan dari BPCB Trowulan Jatim. Situs Sitinggil adalah bangunan punden berundak masa megalitik yang juga diyakini sebagai tempat Gajah Mada kecil atau Joko Modo menggembala hewan ternaknya.
“Bentuknya yang memang punden berundak dan bahannya yang terbuat dari batu-batu alami tanpa pengerjaan atau handmade semakin menguatkan kalau ini adalah situs megalitik,” pungkas Dimas
pewarta:(andik.p)
>