MOJOKERTO-tarunanews.com,Nahdlatul Ulama (NU) yang didirilan KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Chasbullah bersama para masyaikh , para kyai yang lain nya lahir dalam suasana pergulatan sebelum Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945, tepatnya tanggal 31 Januari 1926 (95 tahun lalu, red.), kini telah menjadi Organisasi Massa (Ormas) terbesar di Indonesia maupun di alam dunia ini dengan antara 100 juta hingga 135 juta anggotanya yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Hal tersebut jika menggunakan perspektif dari buku berjudul NU DAN KEINDONESIAAN karya Mohammad Sobari (2010), dipersepsikan kekinian berdasar pernyataan KH.Abdurrahman Wahid/Gus Dur ketika itu bahwa 50 persen lebih orang Indonesia adalah warga NU.

Jika kini penduduk Indonesia sekitar 270 juta maka warga NU sekitar 135 juta lebih. Bahkan lembaga survey IndoBarometer sempat mengungkapkan hasil surveinya bahwa sekitar 75 persen dari jumlah penduduk muslim di Indonesia adalah warga NU alias nahdliyin. Dengan melihat perspektif tersebut, maka warga nahdliyin di Indonesia jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan jumlah penduduk negara Arab Saudi yang hanya sekitar 29 juta, juga jauh lebih besar dari jumlah penduduk Australia yang hanya sekitar 26 juta. Betapa luar biasa banyak warga NU. Meskipun tak bisa dipungkiri, proses kelahiran NU tanggal 31 Januari 1926 tidak bisa dilepaskan dari semangat yang luar biasa untuk memerdekakan Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk memerdekakan NKRI dari penjajahan oleh negara lain secara fisik maupun tentu juga diharapkan secara psikis. Merdeka untuk membangun NKRI secara bersama-sama, dengan gotong royong apalagi umat Islam adalah mayoritas di Indonesia (sekitat 87 persen dari 270 juta penduduk, red.), untuk bersama-sama menuju kesejahteraan bersama-sama sekaligus kesejahteraan umat Islam khusus nya dan kesejahteraan seluruh warga Negara Indonesia.

Baca Juga :  Penarikan Amal terhenti atas instruksi kepala Desa dan sekertaris Desa Kramatagung

Kurang lebih hal tersebut terungkap dari hasil wawancara dengan Gus Haji Mas Sulthon (Gus Thon/Gus Ton) Budayawan yang juga Kyai dan Tokoh Masyarakat Jawa Timur yang kental tradisi NU-nya. “Jadi NU itu ormas terbesar di dunia, sehingga dalam nuansa peringatan Hari Lahir-nya yang ke-95, siapapun kalangan NU dari pengurus pusat hingga pengurus daerah harus berani bercermin termasuk untuk evaluasi apakah dengan kebesaran ini, sudah menjalankan apa yang diamanatkan para pendiri NU? Harus meniru keberanian kebiasaan almarhum Gus Dur, yang berani untuk evaluasi kepada diri sendiri, introspeksi ke dalam diri,” ungkap Gus Ton seraya menyebut bahwa NU itu sejak lahir watak dasarnya adalah melindungi siapapun yang berada di muka bumi ini, apalagi dengan jumlah anggota NU yang terbanyak di dunia.

Gus Ton pun mengutip Ayat Suci AL-QUR’AN yang berbunyi: “WAMA ARSALNAKA ILLA ROHMATAN LIL ALAMIN. Jadi jelas Gus Ton bahwa harus Lil Alamin dan bukan Lil Mu’minin, bukan Lil Kharokah /bukan untuk golongan, apalagi Lil Partai, dan juga bukan Lil Suku, tapi Lil Alamin.

“Jadi, untuk seluruh alam harus kita berikan kedamaian, keamanan, ketenangan, ketenteraman. Dan alam ini macam-macam penghuninya yang harus kita ayomi semuanya,” ungkap Gus Haji Mas Sulthon yang pada bulan September 2020 yang lalu meraih tiga Penghargaan Rekor Dunia dari MURI dan LEPRID karena kepeduliannya terhadap seni-budaya wayang kulit secara terus-menerus bertahun-tahun, bahkan puncak penghargaan yang diraih adalah meskipun dalam suasana pandemi Covid-19 namun justru Gus Ton membuat pagelaran wayang kulit selama tujuh malam berturut-turut namun dilaksanakan secara Virtual Online dari kawasan Pesarean Eyang Djoego / Kyai Raden Mas Zakaria Gunung Kawi Malang. Pagelaran wayang kulit tersebut juga dalam rangka mengayomi para seniman wayang kulit yang kesulitan secara ekonomi karena terdampak pandemi Covid-19.

Baca Juga :  Realisasi Program PISEW Tahun 2020 di Tiga Kecamatan Diterimakan

Jadi, Gus Ton menjelaskan lagi bahwa janganlah mudah bermusuhan misal hanya karena beda pemikiran, beda pendapat, beda penafsiran, beda golongan, beda suku, beda partai, beda pilihan. “Janganlah kita saling bermusuhan, saling mencelakakan, saling basmi, saling persekusi. Jangan. Itu jangan sampai terjadi. Tapi kita harus ayomi, harus kita lindungi, harus kita pastikan keselamatannya. Inilah watak dasar NU sejak lahir yang selalu melindungi siapapun di muka bumi, melindungi terhadap yang tampak maupun yang tidak tampak, melindungi terhadap yang kelihatan nyata maupun yang ghoib. Rohmatan Lil Alamin. Coba kita lihat itu hutan, jelas-jelas indah dipandang justru karena di dalamnya bermacam-macam,” tandas Gus Ton yang dikenal dermawan dan suka mengayomi para yatim piatu maupun fakir miskin, telah beribu-ribu orang yang disantuninya secara rutin sejak bertahun-tahun secara rutin di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa, bahkan sampai manca negara.

Baca Juga :  Terkait TPS3R, Amin Kurniawan Kabid di DLH Jombang Menolak Dikonfirmasi, Ada Apa?

Bahkan Gus Haji Mas Sulthon lebih menandaskan lagi bahwa barangsiapa mengaku NU tapi tidak punya sifat melindungi, tidak punya sifat menentramkan, berarti bukan NU. “Beda Agama jelas ayatnya, LAKUM DINUKUM WALIYADIN. Beda faham, beda tafsir, jelas ayatnya LANA A’MALUNA WALUKUM A’MALUKUM,” ungkap Gus Ton tak lupa mengucapkan Selamat Harlah NU ke-95, namun dengan mengajak untuk saling menghormati terhadap yang lain, saling menghargai, dengan menjalankan Agama yang kita yakini dengan Imam yang kita yakini dengan pemahaman yang kita yakini, tanpa menghujat, tanpa menghina, tanpa memfitnah siapapun.

*”Negeri kita, dengan sangat khusus Indonesia kita, NKRI kita, semoga selalu aman terkendali, Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Titi Tentrem Karto Rahardjo, dijauhkan dari Bala’ dan bencana, dijauhkan dari murka Allah SWT. Allahuma Amin,” pungkas Gus Ton* Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).

Leave a Reply

Chat pengaduan?