MOJOKERTO – tarunanews.com. Dari pertengahan tahun 2019 hingga menjelang akhir 2019 ini berbagai opini telah berkembang dalam masyarakat pemilih Kabupaten Mojokerto jelang menuju Pemilihan Bupati Mojokerto 23 September 2020. Ada yang menginginkan munculnya generasi milenial menjadi Calon Bupati – Calon Wakil Bupati meskipun hal tersebut hingga saat ini belum ada yang muncul. Kemudian banyak yang menghendaki Cabup – Cawabup dari jalur perseorangan atau independen karena mengingat harga ‘mahar’ yang mahal jika melalui partai politik, bahkan satu parpol yang memiliki jumlah kursi ‘sedang’, bisa bertarif miliaran rupiah. Namun di antara itu semua yang lebih banyak adalah masyarakat yang menginginkan perubahan untuk Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut kurang lebih, kemarin dalam diskusi terbatas, disampaikan R. Tri Harsono Forum Peduli Indonesia – Sehat Sejahtera (FPI – SS).

Baca Juga :  Persela Lamongan Vs Bhayangkara Fc Tim Kemenangan Di markas Lawan

Menurut R. Tri Harsono, keinginan masyarakat untuk perubahan merupakan sesuatu yang wajar-wajar saja. Namun menurutnya justru pertanyaannya kembali kepada masyarakat sendiri, apakah mayoritas masyarakat siap untuk tidak menerima uang suap alias money politics? Menurut R. Tri Harsono jika masyarakat masih lebih suka money politics maka akan sulit untuk perubahan di Kabupaten Mojokerto, dan Pilbup Mojokerto 2020 akan cenderung dimenangkan Cabup yang memiliki dana besar dan suk money politics. “Kalau masyarakat Mojokerto suka money politics maka jangan berharap soal perubahan. Adanya Cabup jalur perseorangan seperti Defri Ervanda Krismianto atau Bu Daim atau Edi Weliang maka tidak akan berarti apa-apa jika masyarakat masih suka money politics,” ungkap R. Tri Harsono.

Sebagaimana diketahui memang telah ada tiga Cabup dari jalur independen yang mengambil formulir ke KPUD Kabupaten Mojokerto, termasuk Defri (Defri Ervanda Krismianto) Pospera yang berpasangan dengan Subagya, dan mendapat dukungan dari Katno ketua Pospera Jawa Timur yang juga komisaris PT. Barata Indonesia. Kemudian ada Bu Daim. Lalu juga ada Edi Weliang pengusaha air kemasan Tri Mukti yang juga pengusaha pertanian asal Dlanggu.

Pada bagian terpisah Siswahyu Kurniawan penulis buku Humor Pilkada, dan buku Bung Karno Dan Pak Harto, mengapresiasi dengan semarak munculnya Cabup – Cawabup Mojokerto jalur independen. Namun juga perlu kewaspadaan jangan sampai ada yang terbeli. “Jika ingin perubahan, kita berharap jangan sampai ada Cabup – Cawabup independen yang terbeli,” ungkap Siswahyu Kurniawa.

Baca Juga :  "Bulan Ramadhan, Polres Serang Kota Berikan Bantuan Beras Untuk Kaum Dhu'afa

Sekadar catatan, hal kurang lebih sama pernah diungkapkan Gardi Gazarin SH pemerhati masalah sosial-politik dalam suatu diskusi. Namun Gardi Gazarin juga mewanti-wanti agar para Cabup – Cawabup independen tidak lengah, dan agar kompak. Kompak dalam arti bisa saling bahu-membahu jika diperlukan dalam rangka terutama untuk memenuhi persyaratan agar bisa lolos sebagai Cabup – Cawabup jalur independen. Karena dibutuhkan sekitar 63 ribu dukungan.

Sekadar info, hari ini, Senin 30 Desember 2019 jam 15.00 KPUD Kabupaten Mojokerto juga akan melaksanakan salah satu tahapan Pilbup/Pilkada di Hotel Puri Srijaya Pacet milik Moher Sanrio, yaitu Sosialisasi Tahapan Dan Persyaratan Pemenuhan Dukungan Bakal Calon Perseorangan Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mojokerto 2020. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Sis).

Baca Juga :  LSM Lira Jr Lamongan Menerima Sertipikat Pemantau Pemilukada 2020

Leave a Reply

Chat pengaduan?