
Dedi Hardianto Sekjen KSBSI Hadiri Penutupan Proyek SIRI ILO Tentang Aplikasi Pengaduan


JAKARTA-tarunanews.com,
Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menghadiri acara penutupan SIRI Project tentang menguatkan hubungan industrial yang harmonis melalui aplikasi pengaduan bagi serikat pekerja/buruh, dilansir ksbsi.org, 05/02/2025.
Proyek International Labour Organization (ILO) ini, berfokus untuk menguatkan dan merevitalisasi hubungan industrial yang harmonis antara pekerja dan perusahaan di sektor garmen melalui aplikasi pengaduan yang dikelola oleh tiga federasi serikat pekerja/serikat buruh.
Tiga federasi SB / SP tersebut adalah KSBSI pimpinan Elly Rosita Silaban (Presiden KSBSI), KSPSI pimpinan Andi Gani Nana Wea (Presiden KSPSI), dan KSPI pimpinan Said Iqbal (Presiden KSPI)
Aplikasi pengaduan ini bekerja sama dengan Serikat Pekerja Nasional (SPN), Federasi Serikat Buruh Garmen, Kerajinan Tekstil, Kulit dan Sentra Industri (Garteks) dan Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang dan Kulit (FSP-TSK).
Ketiga federasi ini merupakan bagian dari konfederasi serikat pekerja nasional. SPN berafiliasi dengan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Sedangkan Garteks berafiliasi dengan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) dan FSP-TSK dengan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI).
Dedi Hardianto Sekretaris Jenderal KSBSI mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan dukungan semua pihak terutama ILO dan pemerintah Kanada dalam mengembangan mekanisme pengaduan melalui apliaksi bagi serikat buruh.
Buruh berharap bahwa mekanisme pengaduan digital ini dapat membantu pekerja dalam mengelola pengaduan permasalahan pekerja ditingkat perusahaan.
“Hari ini kita dapat merasakan dampak digitalisasi, bahwa persoalan di sektor garmen dianggap sangat rentan sehingga diciptakannya sistem pengaduan melalui apliaksi,” ungkap Dedi Hardianto.
Ini merupakan suatu pencapaian bersama yang bermanfaat bagi para pekerja di sektor garmen dimana mekanisme komplain ditingkat perusahaan menuju organisasi jauh lebih simple dan cepat.
“Aplikasi ini memudahkan pekerja berkeluh kesah, dan harapannya tidak hanya di sektor garmen saja, mungkin pertambangan dan sektor lainnya dapat menyusul, bahwa ini sangat bermanfaat dan mensejahterakan buruh dan pekerja.” harap Dedi Hardianto.
Sebgaimana diketahui, Proyek “Penguatan Hubungan Industrial di Indonesia” (SIRI), yang dilaksanakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan partisipasi serikat pekerja Indonesia dalam pengambilan kebijakan. Didukung oleh Employment and Social Development Canada (ESDC), proyek ini memberdayakan pekerja dan perwakilan mereka di sektor garmen untuk berorganisasi secara efisien, mengadvokasi hak-hak pekerja, dan terlibat secara aktif dalam pengembangan kebijakan nasional.
Proyek ini menjawab beberapa tantangan penting yang dihadapi para pekerja dan organisasi mereka saat ini.
Pertama, menurunnya keanggotaan dan kesulitan dalam pengelolaan data internal dan penjangkauan dalam serikat pekerja garmen.
Kedua, permasalahan terkait gender mencakup kurangnya perempuan dalam peran kepemimpinan dan tidak adanya kebijakan dan praktik inklusif gender dalam manajemen dan operasi serikat pekerja.
Ketiga, terbatasnya kapasitas dan koordinasi antar serikat pekerja untuk advokasi kebijakan yang efektif.
Keempat, kurangnya kesadaran di kalangan pekerja garmen mengenai hak-hak mereka, khususnya mengenai undang-undang ketenagakerjaan yang baru.
Kelima, kurangnya keterampilan dalam mengatur dan membina kerja sama di tempat kerja, terutama di antara serikat pekerja dan perwakilan pekerja (termasuk serikat pekerja yang tidak terafiliasi) dengan akses terbatas terhadap pelatihan dan dukungan.
Proyek ini bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dengan membantu serikat pekerja meningkatkan kapasitas operasional, teknis, dan keterlibatan mereka dalam kebijakan di tingkat federasi, cabang, dan tempat kerja. Perhatian khusus akan diberikan untuk mendorong inklusi gender, memberdayakan anggota perempuan, dan memperkuat suara mereka dalam proses pengambilan keputusan dan diskusi kebijakan. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan posisi dan daya tawar serikat pekerja garmen secara keseluruhan di tingkat nasional dan tempat kerja, sehingga menghasilkan hubungan industrial yang lebih efektif.
Sejak Maret 2022 hingga Februari 2025, proyek SIRI telah membina hubungan industrial yang adil, inklusif, dan berkelanjutan di seluruh Indonesia. Proyek ini telah mencapai tonggak penting melalui inisiatif seperti penerapan mekanisme pengaduan, lokakarya peningkatan kapasitas, dan dialog kebijakan. Kegiatan terakhirnya akan merayakan pencapaian-pencapaian ini, mendorong kolaborasi pemangku kepentingan, dan menginspirasi kemajuan berkelanjutan dalam hubungan industrial.
Diantara tujuan dari kegiatan penutupan ini adalah menunjukkan pencapaian dan dampak utama proyek ini; serta mengakui kontribusi pemangku kepentingan dan peserta.
Hadir dalam agenda ini, Peserta kegiatan ini berjumlah sekitar 150 peserta yang berasal dari perwakilan serikat pekerja di tingkat nasional dan pabrik, Konfederasi, Federasi (SP TSK SPSI, Garteks (Trisnur Priyanto Ketua Umum Garteks), SPN), Pejabat pemerintah dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Pengusaha dan asosiasi industri, Mitra internasional dan lokal, Anggota tim proyek dan konsultan, Perwakilan media, Organisasi masyarakat sipil.
Hadir pula, Jess Dutton, Duta Besar Kanada untuk Indonesia yang memberikan apresiasi tinggi atas kolaborasi antara ILO, Kanada dan mitra Serikat Buruh / Serikat Pekerja.
Didanai oleh Pemerintah Kanada, Proyek SIRI ILO bertujuan untuk membangun kapasitas pekerja sektor garmen dan perwakilan mereka agar dapat secara efektif mengorganisir dan mewakili seluruh pekerja di sektor garmen Indonesia. dan berpartisipasi secara lebih aktif dan inklusif dalam advokasi kebijakan utama nasional. (Ksbsi.org, Dubes Kanada dan ILO). Pendapat Anda? Bisa sms atau WA kesini= 081216271926 / 081215754186 (Siswahyu).
>