

SURABAYA – tarunanews.com, Salah satu legenda Persebaya Surabaya yang sekaligus salah satu legenda tim nasional (timnas) sepakbola Indonesia, Yusuf Ekodono pria kelahiran 16 April 1967 (yang saat ini juga melatih klub Liga 2 Persigo Semeru Hizbul Wathan Jawa Timur/ PS Hizbul Wathan, red.), memang dikenal memiliki kepedulian terhadap sepakbola dan pesepakbola dari desa yang salah satunya dengan keterlibatan perhatian pada Watudakon Football Academy (Watudakon FA, red.) yang bermarkas di Desa Watudakon (Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, red.) bersama inisiasi Yopy Perwiranusa dan dukungan penuh Suharto S.Sos, ST yang juga Kepala Desa Watudakon.
Perhatian Yusuf Ekodono terhadap pesepakbola desa diantaranya melalui Watudakon Football Academy (Watudakon FA, red.) itupun menuai simpati banyak pihak meskipun diantaranya masih perlu dikonsolidasikan secara ‘teknis’ agar bisa menjadi bagian dukungan yang konkrit atas niat baik Yusuf Ekodono, Yopy Perwiranusa, Suharto dkk tersebut.

“Salut untuk Coach Yusuf Ekodono yang peduli pesepakbola dari desa. Juga salut dengan bos PO Bus Juragan 99 Trans, bos Gilang Widya Pramana, yang peduli sepakbola. Juga salut untuk artis Raffi Ahmad dan Rudy Salim yang juga sama-sama gila bola. Tapi yang peduli sepakbola di desa-desa seperti yang dilakukan Coach Yusuf Ekodono di Watudakon Football Academy juga perlu dibantu lho,” komentar Khansadinah Nahdah Wahyuda (Khansa / Dinah, red.) cewek kelahiran 23 Januari (sama dengan tanggal lahir Megawati Sukarno Putri, red.) 2001, yang suka nonton sepakbola (dan memiliki ‘nenek-moyang’ asal Jombang, red.) yang sedang menempuh pendidikan D4 (S-1) ikatan dinas PTDI – STTD (Perguruan Tinggi Transportasi Darat Indonesia – Sekolah Tinggi Transportasi Darat, red.) Kementerian Perhubungan ini. Gilang Widya Pramana crazy rich kelahiran 4 Mei 1989 yang disebut oleh Khansadinah memang dikenal gila bola, tentu akan menjadi penting jika ikut memperhatikan sepakbola ke desa-desa.

Begitupun yang disampaikan oleh salah satu pesepakbola muda yang sedang terus berproses, Ahmad Dzaki Akmal Yuda (Akmal / Dzaki Akmal, red.) yang pernah bergabung untuk Bhayangkara FC U13 – U14 – U15 – U16, juga pernah di Kalteng Putra U-16 Liga 1 Elite Pro Academy (EPA) saat Festival Filanesia U-16 EPA (awal 2019 – April 2019), serta Persebaya U-16 Liga 1 Elite Pro Academy dari April 2019 – Maret 2020 yang kemudian sejak Maret 2020 kegiatan elite pro vakum (hingga kini/Mei 2021, red.) karena ada pandemi Covid-19.
“Salut untuk Coach Yusuf Ekodono. Namun selama pandemi Covid-19 sangat banyak pesepakbola usia muda diantaranya seangkatan saya yang tidak bisa lagi melanjutkan sepakbola disebabkan berbagai hal, termasuk karena banyak orang tua yang kesulitan keuangan. Begitu pula di desa-desa. Dengan melihat itu, mungkin perlu bantuan berbagai pihak termasuk sponsor, untuk ikut membangkitkan. Termasuk untuk membantu yang dilakukan Coach Yusuf Ekodono,” ungkap Ahmad Dzaki Akmal Yuda, kidal kelahiran 4 Juni 2004 yang memiliki tinggi badan 177 cm serta bisa bermain bola dengan berbagai posisi termasuk Bek Kiri, Center Bek, Bek Kanan, Gelandang, Sayap Kiri dan lainnya ini.
Siswahyu Kurniawan penulis buku Humor Sepakbola pun menyampaikan pandangan yang hampir sama dengan berbagai pihak tersebut. Menurut Siswahyu Kurniawan yang juga humas PSSI Kota Mojokerto, perlu banyak pihak peduli ke desa termasuk terhadap sepakbola seperti yang dilakukan Yusuf Ekodono. “Kepedulian Coach Yusuf Ekodono pada pesepakbola di desa, harusnya mendapat apresiasi dan dukungan banyak pihak,” ungkap Siswahyu Kurniawan, penulis buku biografi Asmuni-Srimulat, kelahiran 12 Mei ini.
Sehingga tak berlebihan, kepedulian Yusuf Ekodono pada sepakbola dan pesepakbola di desa akan sangat membantu untuk ikut membangkitkan semangat para pesepakbola usia dini dan usia muda, lebih-lebih usia ‘transisi’ untuk U-17, U-18, U-19, dan U-20 agar lebih banyak pesepakbola usia muda yang orbit menjadi pesepakbola profesional. Apalagi Yusuf Ekodono memiliki pemahaman bahwa pembinaan untuk pesepakbola usia dini dan muda, lebih-lebih usia ‘transisi’ itu harusnya kian merata di seluruh daerah apalagi di Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
“Ya, harusnya pembinaan sepakbola (termasuk, red.) di Jawa Timur harusnya merata, untuk itu saya mendukung akademi sepakbola yang berdiri di desa, saya mendukung Watudakon Football Academy (Akademi Sepakbola Watudakon, red.) di Desa Watudakon, Jombang,” ungkap Yusuf Ekodono yang siap Dirtek, yang pada waktu merebut Medali Emas sepakbola untuk Indonesia pada Sea Games tahun 1991 itu bersama sejumlah legenda sepakbola Indonesia termasuk Bambang Nurdiansyah, Aji Santoso, Eddy Harto, Erick Ibrahim, Ferryl Raymond Hattu, Hanafing, Heriansyah, Herry Setiawan, Kashartadi, Maman Suryaman, Peri Sandria, Rochy Putiray, Robby Darwis, Salahuddin, Sudirman, Toyo Haryono, Widodo Cahyono Putro, Yusuf Ekodono.
“Harus ada kekompakan berbagai pihak,” tandas Yusuf Ekodono yang dua puteranya juga menjadi pesepakbola top yaitu Wahyu Subo Seto dan Fandi Eko Utomo.
Untuk itu dengan adanya akademi sepakbola seperti Watudakon Football Academy di Watudakon Jombang diharapkan oleh Yusuf Ekodono bisa ikut mengangkat talenta-talenta pesepakbola dari Jombang dan sekitar termasuk kemungkinan dari Mojokerto, Lamongan, Nganjuk, Kediri maupun kemungkinan lainnya. Hal tersebut kurang-lebih sama dengan visi dan misi Watudakon FA yang juga sedang gencar melakukan rekrutmen pesepakbola U-15 serta U-17 dan sekitarnya. Dimana Watudakon FA memiliki sejumlah target.
Tujuan dari Watudakon Football Academy ini diantaranya adalah untuk mencetak pemain sepakbola profesional, membentuk karakter para pesepakbola, menjadikan atlet berprestasi. Dengan sejumlah target diantaranya adalah Piala Soeratin U15 dan U17, Liga 1 Elite Pro Academy U16, U18 dan U20. Juga untuk menuju Liga 3, Liga 2 maupun Liga 1.
Berbagai fasilitas pun disediakan termasuk lapangan yang standar, mess pemain, class room, media officer, klinik, kompetisi nasional, pengajar berpengalaman, gym, pendidikan formal. Juga ada peluang beasiswa dalam akademi.
“Kita berharap dari Watudakon FA masuk timnas,” ungkap Yusuf Ekodono.
Sedangkan untuk susunan kemanejemenan Watudakon Football Academy adalah sebagaimana berikut dibawah ini, dimana Yopy Perwiranusa inisiator. Untuk lebih lanjut bisa dibaca dibawah bagian ini.
Manejer: Suharto S.Sos, ST
Sekretaris: Beny Dwi Septian
KU 15
Head Coach: Aden Ramadha
Ass: Joko Slamet
Coach Kiper: Dedy Siswanto
KU 17
Head Coach: Dimas Ypn
Ass: Dodik Harianto
Coach Kiper: Agus Purwanto
KU 15 & KU 17
Coach Fisik: M Rizky Ali Ridho
Dokter Tim : Rezy Dwi Finanda.
Prospek pesepakbola tidak hanya di Liga 1, namun juga semakin luas dengan adanya sejumlah klub Liga 2 yang akan tampil serius seperti PS Hizbul Wathon (PSHW), juga Persis Solo yang melibatkan Kaesang putera Presiden RI Joko Widodo, juga ada sejumlah klub Liga 2 lain. Termasuk yang terheboh adalah RANS Cilegon United FC yang ditangani artis kondang Raffi Ahmad yang menyiapkan dana sekitar Rp.300 Miliar, dimana rencana membuat pusat pelatihan yang tidak hanya satu saja namun bisa mencapai 10 tempat di berbagai daerah. “Jadi peluang pesepakbola muda akan semakin luas, apalagi jika Covid-19 benar-benar reda,” ungkap Yopy Perwiranusa inisiator Watudakon FA yang telah memiliki pengalaman memutar kompetisi sepakbola usia muda di seluruh Jatim ini.
Namun ada catatan masukan dari Bambang Nurdiansyah untuk Yusuf Ekodono agar bisa lebih cepat berkemajuan pada masa mendatang, yang diantara intinya adalah untuk tidak berhenti belajar meningkatkan pengetahuan kepelatihan agar para pesepakbola hasil didikannya juga memiliki kualitas yang baik pula. “Jadi meskipun kita mantan pesepakbola, untuk menjadi pelatih yang baik tidaklah cukup hanya dengan bekal sebagai pemain sepakbola,” ungkap Bambang Nurdiansyah untuk salah satu sahabatnya, Yusuf Ekodono. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).
>