
SIDOMULYO – tarunanews.com,BATU. Kampung Sakura di Sidomulyo Kecamatan / Kota Batu, Jawa Timur, bakal kedatangan tamu istimewa Consul – General of Japan in Surabaya (Mr TAKEYAMA Kenichi?) dari kantor Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya. Kurang lebih info diungkapkan Doktor Aries Agung Paewai, S.STP., M.M., pj Walikota Batu kemarin (17/01/2024) saat meninjau kesiapan Kampung Sakura untuk rencana Launching Kampung Sakura sekaligus diadakan Festival Kampung Sakura yang direncanakan pada hari Minggu 21 Januari 2024 mulai dari pagi hingga malam hari.
Hal itu mengundang rasa syukur segenap warga Dusun Rembug RT 05 RW 11 lokasi Kampung Sakura khususnya dan warga Sidomulyo umumnya, lebih-lebih Abdul Rokhim Galeri Raos sang The Drafter wisata tematik tersebut dan Suntoro ketua Pengelola Wisata Kampung Sakura. “Kami bersyukur mendengar kabar dari Pak pj Walikota Batu, Pak Aries Agung Paewai,” ungkap Abdul Rokhim yang telah terlanjur terkenal di kalangan luar Batu dengan sebutan: Abdul Rokhim Galeri Raos (Rokhim Galeri Raos) yang saat ini juga menjabat di Yayasan Pondok Seni Batu yang salah satunya menaungi Galeri Raos Jalan PB Sudirman Kota Batu.
“Momen launching bisa menjadi momen istimewa,” ungkap Rokhim Galeri Raos yang peraih Penghargaan Penyaji Terbaik Virtual Tour tingkat Provinsi Jawa Timur yang pernah diterima Presiden RI Joko Widodo ini.
Momen lebih istimewa launching Kampung Sakura, Launching Paket Wisata, dan Festival Kampung Sakura 21 Januari 2024 jika dihadiri Konsul Jenderal Jepang, jika mengingat pada tanggal 20 Januari 2024 atau sehari sebelum launching merupakan tanggal Peringatan Ke-66 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang – Indonesia (20 Januari 1958 – 20 Januari 2024).
Sebagaimana diketahui kemarin (17/01) untuk mengetahui situasi – kondisi jelang Launching Kampung Sakura, Pj Walikota Batu, Aries Agung Paewai berkunjung ke Kampung Sakura bersama sejumlah jajaran, diantaranya Arief As Sidiq kepala Dinas Pariwisata Kota Batu.
Pj Walikota Batu yang juga Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menilai positif masyarakat yang secara swadaya membangun destinasi wisata baru di Kota Batu, yang juga bisa berefek peningkatan perekonomian desa. Menurut pria kelahiran Makassar Sulawesi Selatan, 17 April 1976 itu, bahwa sebelumnya Desa Sidomulyo telah dikenal potensi bunga dan tanaman hias. Sehingga menurutnya pas saat warga memunculkan ide membangun destinasi Kampung Sakura.
“Kampung Sakura, sangat mirip dengan kondisi aslinya. Ditambah tiga spot rumah bernuansa Jepang yang bisa digunakan masyarakat untuk selfie maupun foto- foto berlatar belakang rumah Jepang,” tambah Aries Agung Paewai alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang telah malang melintang berkarir di pemerintahan termasuk di Sulawesi Selatan, hingga saat ini lebih banyak berkiprah di Provinsi Jatim.
“Adanya Kampung Sakura, juga selaras dengan keinginan pemerintah Kota Batu mengenai desa (wisata) tematik,” lanjut Aries Agung Paewai yang baru saja dilantik lagi oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa untuk perpanjangan jabatan sebagai Pj Walikota Batu sesuai Keputusan Kemendagri yang telah mengevaluasi kepemimpinnya yang dinilai bagus ini.
Sementara itu, Sang ‘The Drafter’ Desa Wisata Sidomulya Kampung Sakura, Abdul Rokhim Galeri Raos menjelaskan mengenai Kampung Sakura dengan ornamen- ornamen Pohon Sakura, yang bahannya dari limbah diantaranya pohon apel tua yang tidak lagi produktif, lalu kantong kresek berwarna merah dan putih, serta sejumlah bahan yang lain.
Rokhim Galeri Raos lebih jauh menjelaskan, dari limbah-lumbah tersebut diantaranya dicat serta dibentuk sedemikian rupa yang terlihat menarik dan artistik. Bahkan yang berupa bunga-bunga Sakura bisa mengecoh karena terlihat menyerupai.
Setelah jadi ratusan ‘pohon’ Bunga Sakura beserta bunga-bunganya yang merekah, diletakkan di depan rumah-rumah warga di sepanjang kanan dan kiri jalan, seperti tanaman sebagaimana biasanya. Namun tampilannya menarik dan memikat.
Pengunjung Kampung Sakura dibawa ke dalam nuansa Jepang, bisa lupa jika ternyata berada di Kota Batu dan bukan di Jepang.
Pembuatan Kampung Sakura tersebut awalnya karena adanya event Sidomulyo Flora Festival atau SFF tahun-tahun sebelumnya, dimana diantaranya terdapat lomba hias kampung. Dari situ, menurut Rokhim pihaknya memiliki pemikiran untuk membuat sesuatu yang berbeda.
Apabila menghias kampung dengan tanaman hias menurut Rokhim akan sama dengan yang sudah umum terjadi di Sidomulyo, karena tanaman hias (asli, red.) telah lama merupakan bagian ikon Desa Sidomulyo.
Salah satu idenya adalah format bagaimana agar menjadi daya tarik wisatawan, di dalamnya penting ada point of interest, hal yang berbeda, unik dan secara visual masyarakat jarang melihat.
Untuk itu untuk kian mengentalkan nuansa Jepang lebih terasa, tidak hanya Pohon Sakura dan bunganya yang seperti ‘ditanam’ di depan rumah-rumah warga di kanan dan kiri sepanjang jalan kampung. Tapi juga dipadukan berbagai onamen tradisi khas Jepang yang lain.
Tidak hanya itu. Untuk lebih melengkapi, disediakan pula ‘kostum’ busana Jepang, diantaranya warga menyewakan Kimono yang merupakan pakaian adat Jepang. Bisa untuk selfie, dengan sewa hanya Rp.25 ribu untuk satu set komplit pakaian adat Kimono.
Dari rundown acara Launching Kampung Sakura dan Festival Kampung Sakura 21 Januari 2024, yang akan dilaksanakan mulai pagi hingga malam tersebut diantaranya terdapat pentas Tari Yosakoi (Penyambutan Tamu), juga ada Sambutan Dari Pj Walikota Batu, Sambutan Dari Konsul Jenderal (Konjen) Jepang, Launching Paket Wisata, Chanoyu (Upacara Minum Teh), Penyerahan Cinderamata, Pembuatan Sushi Terpanjang JATIM.
Setelah break, dilanjutkan Peninjauan Produk Kampung Sakura, Peninjauan Kontes Bonsai, Lomba Melukis Dan Mewarna, Lomba Ikebana, Lomba Fashion Show.
Diantaranya jadwal malam hari diantaranya ada Penutupan Acara oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, hingga Penerbangan Lampion.
Terpisah, Pratikno salah satu ‘owner’ SMK Raden Patah (salah satu SMK swasta terbesar di Mojokerto, red.) yang sering mobilitas Pacet – Batu – Pacet mengaku sempat tertarik mengenai Kampung Sakura meskipun belum sempat singgah di kampung tersebut. Namun menurutnya, ide mengenai limbah yang dijadikan bahan untuk membuat pohon-pohonnya Sakura dan bunga-bunganya Sakura sangatlah inspiratif dan menarik, apalagi saat ini dirinya sedang membangun sanggar di kawasan sekitar Pacet, Mojokerto.
Hal kurang lebih disampaikan Siswahyu Kurniawan penulis sejumlah buku biografi termasuk buku biografi RH Hassan Wirjokoesoemo (tokoh koperasi) yang didalamnya juga terdapat sekilas tentang ‘cooperative’ salah satunya oleh Mr Katsunobu Yasue yang sekitar sebelum tahun 2000-an pernah menjadi salah satu Konsul di Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya.
“Konsep-konsep kreatif sehubungan Kampung Sakura dari Abdul Rokhim Galeri Raos dengan kebersamaan masyarakat, dengan Suntoro sebagai Ketua Pengelola, telah melahirkan wisata tematik Kampung Sakura yang mungkin saja dikembangkan di tempat lain,” ungkap Siswahyu Kurniawan yang juga penulis buku tokoh pelawak nasional Asmuni – Srimulat, yang di dalamnya juga terdapat sekelumit dari Mr Nagai dan Mr Saruta Toshihiro yang juga pernah menjadi salah satu Konsul di Konjen Jepang di Surabaya. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926 (Siswahyu).
>