
Bangkalan-Tatunanews // Di sudut-sudut negeri ini, suara rakyat kecil terus bergema, berteriak meminta keadilan. Namun sayang, teriakan itu seakan hanya menjadi angin lalu di telinga para penguasa yang tertawa terbahak-bahak di atas kursi empuk mereka.
Keadilan,kata yang dulu sakral kini terasa semakin jauh,semakin asing,Rakyat yang terlambat membayar pajak atau cicilan dipaksa rela kehilangan aset satu-satunya, sementara para koruptor,maling maling berdasi bisa melenggang bebas,yang terang-terangan menjarah uang negara justru hidup mewah, menikmati hasil kejahatannya tanpa rasa malu. Ketimpangan ini semakin nyata, memperlihatkan bahwa hukum tak lagi tajam ke atas, melainkan hanya tajam ke bawah, menyayat rakyat kecil yang sudah terluka.
Pertanyaannya, ke mana hati nuranimu wahai penguasa? Di mana suara kalian, para wakil rakyat yang seharusnya menjadi penyambung lidah kami? Kursi empuk yang kalian duduki adalah amanah, bukan tempat untuk tidur pulas, kalian seakan lupa jalan pulang ! dan melupakan jeritan rakyat, mengapa kalian sibuk membangun tembok tembok tinggi antara kalian dan kami, rakyat yang memilih dan menaruh harap pada kalian !.
Rakyat tidak butuh janji baru penuh bunga-bunga kata, Rakyat butuh kehadiran nyata, tangan yang mau bekerja, mata yang mau melihat, telinga yang mau mendengar dan hati yang mau merasakan,masih setia menunggu kehadiranmu. Bukan sekadar datang saat kampanye, bukan hanya berjanji saat pemilu. Tapi hadir nyata di tengah penderitaan, hadir untuk memperjuangkan keadilan yang sejati. Jangan biarkan suara rakyat ini terus tenggelam dalam kesunyian, sementara kalian semakin larut dalam kenikmatan kekuasaan.
Bangunlah, wahai para penguasa. Sadarlah, wahai wakil rakyat.sebelum semuanya benar benar terlambat.
Sebelum jeritan rakyat itu berubah menjadi badai amarah yang tak lagi bisa kalian kendalikan.
Suara keadilan menanti untuk kalian dengarkan dan perjuangkan. (Jl-red)
>