Img 20211120 Wa0226
Img 20211120 Wa0226
JAKARTAtarunanews.com, JAUH sebelum pandemi global sosial ekonomi negara negara Asia Tenggara. Telah alami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Apalagi saat pembatasan mobilitas manusia sangat rentan gejolak faktor variabel yang dapat mengganggu stabilitas finansial keuangan negara anggota.

Tidak seperti Eropa dan Amerika Serikat yang sudah mulai membuka kembali aktivitas bisnisnya, Asia Tenggara yang menjadi kawasan dengan ini masih sangat rentan. Kesadaran peradaban kolektif diantara benua memang berbeda.

Namun, dengan stimulus dan kebijakan moneternya, lockdown sulit untuk dipertahankan. Saat ini, tingkat kematian di kawasan ini telah melewati rata-rata global sebesar 0,20 sehingga membuat mereka terperosok ke rangking bawah di peringkat ketahanan terhadap pandemi yang dilakukan oleh Bloomberg.

Namun, pemerintah mulai khawatir jika pembatasan aktivitas diberlakukan terlalu lama, di tengah. vaksinasi yang rendah, Malaysia memangkas pertumbuhan ekonominya pada 2021 menjadi 3 persen sampai 4 persen.

Kendati proyeksi pertumbuhan di Vietnam (6 persen) dan Singapura (7 persen) cukup mengesankan, mereka dihadapkan dengan macetnya rantai pasok global dan berkurangnya selera investor pada kawasan yang dinamis.

Baca Juga :  Bupati Tinjau Proyek Pelebaran Jalan Peterongan - Sumobito

Harapan pemulihan ekonomi dari bangkitnya pariwisata Thailand juga telah pupus.

Menurut ekonom Oversea- Chinese Banking Corp. Wellian Wiranto, negara-negara di Asia Tenggara sedang lesu baik akibat dampak perekonomian dari lockdown yang berturut-turut dan rasa kelelahan yang meningkat saat krisis berlarut-larut, lansir sumber kredibel.

Harapan pembukaan kembali perbatasan yang luas yang dapat memfasilitasi arus perdagangan dan pariwisata di berbagai negara ASEAN akan tetap menjadi mimpi yang masih sangat jauh. Ketika, terjadi momentum pandemi global setiap negara negara kawasan lakukan kebijakan pandemi sendiri

sendiri secara parsial. Dimana mereka negara itu, tak bisa terlepas ketergantungan saling melengkapi dan membutuh. Bahkan, kawasan ini merupakan supply sejumlah produk dan jasa yang dibutuhkan oleh belahan benua dunia. Policy Pemimpin negara masih konvensional dan parsial. Seharusnya, lakukan opsi policy kolektif penyatuan mata uang tunggal,

Baca Juga :  Jabat PLT Golkar Lamsel, TEC Gelar Rapat Pleno Diperluas

Selain itu, Kementerian Perdagangan Vietnam memperingatkan bulan ini bahwa mereka berisiko kehilangan pelanggan luar negeri karena pembatasan ketat yang telah menutup pabrik.

Bukti, penanganan parsial menyulitkan berbagai kepentingan sosial ekonomi negara bersangkutan berimbas ke negara kawasan lainnya.

Sementara itu, Indonesia sebagai potensi ekonomi terbesar di kawasan ini lebih memilih kebijakan jangka panjang, seperti aturan soal wajib memakai masker daripada memilih sistem buka tutup pembatasan aktivitas

Adapun untuk negara seperti Filipina dan Vietnam, mereka lebih memilih untuk memberlakukan pembatasan mobilitas di zona tertentu seperti jalanan bahkan rumah. Peraturan mengenai vaksinasi juga diterapkan di sejumlah tempat umum di Jakarta, misalnya harus menunjukkan kartu vaksin ketika memasuki mal dan tempat ibadah. Di Malaysia, warga yang hendak menonton bioskop juga harus menunjukkan bukti vaksinasi. Senada dengan itu, restoran di Singapura mensyaratkan status vaksin bagi pengunjung. Otoritas di Manila tengah mempertimbangkan “vaccine bubbles” di wilayah perkantoran dan transportasi publik.

Baca Juga :  Smit Dan Siswahyu Kurniawan Bajul Ijo FC Ucap Selamat Kemenangan Eri Cahyadi Dan Armuji Di Pilwali Surabaya

Kendati strategi ini dinilai dapat mengurangi keparahan terhadap dampak ekonomi, terdapat risiko tidak meratanya distribusi penanganan pandemi yang beragam.

Disisi lain, kebijkan parsial membuat mimpi ekonomi dan pariwisata bangkit semakin lama untuk pulih dan menggeliat sosial ekonomi bangkit kembali. Tanpar adanya, penanganan kebersamaan sulit diharapkan dalam waktu relatif singkat membangun peradaban sosial ekonomi dapat segera normal kembali.

Realita ini, seharusnya dibikin kebijakan secara kolektif antar para pemimpin negara di kawasan ini. Gagasan dan pemikiran mata uang tunggal ASEAN semestinya didorong akselerasinya lebih gairah lagi.

Adakan pembahasan dan kajian kerjasama lebih permanen suatu gagasan dan pemikiran yang dilontarkan beberapa waktu lalu yang diunggah di ranah media publik.

Dan jika, hanya ditangani pemimpin negara negara ini secara konvensional dan parsial. Apa yang diprediksi sejumlah ekonom. Maka, kawasan ini masih mimpi jauh untuk bisa dikatakan normal kembali dari keterpurukan sosial ekonomi. Bersambung… (Hud / Sis 081216271926).

Leave a Reply

Chat pengaduan?