Img 20211016 Wa0151
Img 20211016 Wa0151
Img 20211016 Wa0151
Img 20211016 Wa0152
SURABAYAtarunanews.com,  Walaupun sudah go internasional dan dalam usianya yang matang, kelahiran Denpasar (Bali) 21 Desember 1969, I Gede Putra Udiyana tetap saja dikenal sebagai pelukis senior yang tetap tak meninggalkan ‘kebiasaannya’ melanglang kesana – kemari untuk mengadakan pameran entah berupa pameran tunggal ataupun pameran bersama. Meskipun dengan adanya Pandemi Covid-19 berpengaruh pada intensitasnya, namun tidak menjadikannya berhenti. Bahkan dengan pandemi Covid yang kini mulai mereda, geliatnya dinilai akan merajalela lagi. Kurang lebih hal tersebut diungkapkan R. Tri Harsono Forum Peduli Jatim – Olahraga Dan Seni Budaya (FPIOSBA) di Surabaya, kemarin, Jumat 15 Oktober 2021.

“Saya bukan ahli lukis, namun mengamati dari jauh sepak-terjang I Gede Putra Udiyana yang dari waktu ke waktu seperti tak kenal lelah,” ungkap R. Tri Harsono seraya menyebut hal tersebut diungkapkannya dengan harapan ada pihak media yang ikut memikirkan hal-hal semacam itu, termasuk tentang energik-nya I Gede Putra Udiyana yang tak segan-segan dalam beberapa pameran menyediakan diri menjadi kurator lukisan dari junior-juniornya dengan harapan karya lukis para junior itu juga bisa go internasional, mendunia.

Baca Juga :  Menang Mutlak Di Pilkades, Wahyudi Siap Pimpin Desa Ngajah
Img 20211016 Wa0151
R. Tri Harsono pun menyebut I Gede Putra Udiyana sebagai salah satu pelukis yang telah go internasional saat ikut berperan sebagai kurator, merupakan hal yang penting karena akan memudahkan membantu para pelukis junior untuk mendapatkan transformasi wawasan standar lukisan internasional, minimal lebih cepat mengasah ‘feeling’.

“I Gede Putra Udiyana meskipun sudah go internasional namun tetap peduli pada para junior, tetap berpameran di berbagai daerah termasuk di Jawa Timur diantaranya di Taman Dayu dan Surabaya misalnya,” ungkap R. Tri Harsono seraya juga menyebut I Gede Putra Udiyana juga memiliki concern terhadap NKRI, terhadap Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-Beda Namun Tetap Satu Jua, ‘Unity In Diversity’, diantaranya dengan membentuk Art Community Bunga Karang (ACBK) Bali berbagai komponen bergabung. Salah satu kinerja yang sudah dilakukan ACBK diantaranya Pameran Bersama Art Community Bunga Karang ‘Unity In Diversity’ bersama kantor imigrasi di Bali dalam rangka Hari Bakti Imigrasi ke-70.

Img 20211016 Wa0153
ACBK yang didirikan pada tahun 2019 di Bali, dengan tanggal bertepatan dengan HUT Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, merupakan wadah perupa yang berasal dari wilayah Indonesia dan Mancanegara dengan berbagai Gendre Lukisan yang memiliki spirit bersama, untuk memajukan seni rupa Indonesia khususnya Bali sebagai implementasi dari kebhinekaan. Harapannya dapat memberikan dampak positif.

R. Tri Harsono pun mengapresiasi hal tersebut, seraya menambahkan perspektif kebhinekaan yang meng-Indonesia adalah salah satu mercusuar yang diawali dari zaman Kerajaan Majapahit (yang berdiri tanggal 10 November 1293) yang berpusat di Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, dimana di provinsi ini I Gede Putra Udiyana juga sering berpameran. Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, Bendera Merah Putih (Getah Getih), dan masih banyak hal lain yang ‘diadopsi’ setelah Indonesia Merdeka (17 Agustus 1945) dengan salah satunya pengakuan Bung Karno bahwa dirinya dan sejumlah para tokoh bangsa adalah banyak yang ‘menggali’ dari zaman Kerajaan Majapahit.

Baca Juga :  Kapolda Banten Dampingi Menpan RB Resmikan Gedung Mal Pelayanan Publik di Pandeglang

Menurut R. Tri Harsono penyangga utama Kerajaan Majapahit pada awalnya adalah Jatim dan Bali, yang kebetulan pula Bung Karno (Ir Soekarno Sang Proklamator bersama Bung Hatta dkk, red.) bahwa dalam diri Bung Karno mengalir pula darah Jatim (dari ayahandanya) dan darah Bali dari ibundanya.

Terpisah, Siswahyu Kurniawan penulis buku Biografi Asmuni – Srimulat, kurang-lebih menyampaikan hal yang dengan R. Tri Harsono mengenai Kerajaan Majapahit yang juga diakui oleh para founding fathers sebagai salah satu bagian utama cikal-bakal lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang kebetulan penyangga awal Majapahit adalah Jatim dan Bali.

“Kini dengan kian marak tumbuh kesadaran tentang Bhinneka Tunggal Ika, maka wajar saja jika terus didorong ke arah positif, dan Bali – Mojokerto, Bali – Majapahit, Bali – Jatim, penting untuk terus menerus mengambil peran ke depan termasuk pentingnya pelukis Bali – Majapahit untuk lebih intensif bersama, meskipun misal dimulai dari desa ke desa seperti pada awal Majapahit dimana pada awalnya hanyalah satu desa perdikan di kawasan Tarik yang menjadi cikal bakal lahirnya Majapahit,” ungkap Siswahyu Kurniawan seraya menyebut di Mojokerto juga bermunculan tempat wisata yang mengusung spirit Majapahit, Bali – Majapahit, diantaranya adalah Wisata Desa Randugenengan Bumi Mulyo Jati (BMJ) Majapahit milik Mulyono SH yang terletak di Desa Rabdugenengan, Kecamatan Dlanggu, Mojokerto.

Baca Juga :  Peringati HUT Ke-74 RI, PPWI dan Pomade Miranda Adakan Jalan Sehat Bersama Warga

Menurut Siswahyu Kurniawan, bagaimanapun Majapahit adalah salah satu sejarah vital bagi kelahiran NKRI, yang menurutnya hal tersebut juga dipahami para seniman Bali termasuk I Gede Putra Udiyana yang juga owner Udiyana Studio Art di kawasan WR Supratman Tohpati Denpasar Bali. Sehingga tak mengherankan I Gede Putra Udiyana sebagai Ketua ACBK pun mengangkat soal Bhinneka Tunggal Ika.

Bagaimanapun I Gede Putra Udiyana, pria kelahiran Denpasar 21 Desember 1969 itu, sebagai pelukis yang telah go internasional, tak lupa para juniornya, tak lupa Bhinneka Tunggal Ika. Sekadar catatan dibawah ini ditampilkan sebagian rekam jejak I Gede Putra Udiyana.

* Tahun 1986
– Pameran di Cekoslovakia
– Pameran lukisan di Renon Denpasar

* Tahun 1994-1999
– Pameran bersama keliling Kota Bali

* Tahun 2001-20014
– Pameran bersama keliling kota Bali dan Jakarta

* Tahun 2006-2007
– Pameran bersama di Bali, Kuala Lumpur dan Australia

* Tahun 2008-2011
– Pameran bersama di Singapura, Bali, Yogyakarta dan Surabaya

* Tahun 2012-2014
– Pameran bersama di Jakarta, Bali, Gresik, Semarang, Surabaya dan Banyuwangi.

*2019 – 2021*
-Pameran di Bali ACBK, Pameran di Surabaya dalam rangka HUT NKRI dll-dll.

Dalam salah satu pameran di Taman Dayu, harga lukisan I Gede Putra Udiyana, dibanderol harga mulai sekitar Rp.30 juta hingga Rp.230 juta. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).

Leave a Reply

Chat pengaduan?