Img 20210202 Wa0066

Img 20210202 Wa0066

MOJOKERTOtarunanews.com. Banyak pesepakbola usia muda yang ketika memasuki Usia 16 tahun/rata-rata SMA kelas 1 maupun selebihnya (usia 16, 17, 18, 19, 20, red.) lantas banyak yang serasa tiba-tiba hilang dan tidak melanjutkan harapan menjadi pesepakbola. Hal tersebut disebabkan oleh banyak hal termasuk perlakuan terhadap para pesepakbola muda itu dirasa kurang profesional yang dilakukan oleh para pengelola tim, lebih-lebih klub-klub liga di Indonesia terutama Liga 1 dan Liga 2. Kurang-lebih hal tersebut diungkapkan Herdi pemerhati sepakbola, dalam diskusi terbatas di Surabaya kemarin (01/02/2021).

Masih menurut Herdi, memang tidak mungkin jika harus semua pesepakbola muda itu ngotot untuk terus menjadi pesepakbola semua, dan wajar saja jika ada yang berkurang. Namun menurut Herdi, jumlah angka berkurangnya itu perlu diminimalisasi dengan harapan diantaranya akan terdapat lebih banyak potensi para pesepakbola muda yang bisa dikembangkan untuk kemungkinan memperkuat tim nasional (timnas), atau minimal memperbanyak pesepakbola usia muda yang bisa menjadi profesional misal dengan memperbanyak yang bisa bermain di Liga 2, Liga 1, atau bahkan liga di negara-negara lain.

“Bahkan kalau perlu untuk timnas masing-masing kelompok umur dibentuk tiga tim, dengan misal masing-masing 30 pesepakbola. Memang itu akan sulit terwujud, apalagi apabila PSSI masih terus seperti sekarang ini,” ungkap Herdi yang juga menyebut untuk usia transisi setelah usia 16, harusnya mulai diperlakukan profesional meskipun secara bertahap. Misal dalam hal beaya. Harusnya pesepakbola usia-usia tersebut sudah mulai tidak dikenakan beaya namun juga diberi pemahaman bahwa jika sudah mendapat kontrak profesional maka ada yang disisihkan untuk membantu adik-adik juniornya. Hal tersebut menurut Herdi dimaksudkan untuk meringankan beban para pesepakbola dan wali murid pesepakbola.

Baca Juga :  Waspada Corona, Jumlah Pasien Positif Jadi 77 Orang, PDP 307, ODP 4.568

Lebih-lebih bagi wali murid yang sudah sejak anak-anaknya kecil, ada yang sejak usia 10 tahun (bahkan usia 8 tahun dan 9 tahun), secara terus-menerus mengeluarkan dana meskipun tidak tahu apakah buah hatinya bisa menjadi pesepakbola profesional ataukah tidak. “Dengan kata lain, wali murid inilah yang sebenarnya para pejuang dalam sepakbola di Indonesia meskipun tidak pernah mendapat penghargaan. Bahkan tak jarang diantaranya yang justru tertipu dengan mengeluarkan dana yang besar-besaran karena iming-iming tertentu yang ternyata iming-iming itu banyak yang tidak jelas, bahkan antar wali murid diadu-domba.”

Bahkan yang tragis, jika klub merasa menjadi pihak yang paling menguasai para pesepakbola akan tetapi para pesepakbola itu masih terus-menerus ditarik berbagai macam beaya. “Menurut kalangan agency pesepakbola, klub tidak boleh bersikap seperti itu. Karena hal tersebut salah dan tidak profesional. Mending diambil cara-cara yang bijak dan win-win solution.”

Pada kesempatan terpisah Siswahyu Kurniawan sepakat jika win-win solution, dengan saling bijaksana. Siswahyu Kurniawan sepakat jika para klub juga lebih peduli pada pembinaan pesepakbola usia muda dengan jenjang yang bijaksana, sehingga anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi juga masih mendapatkan tempat yang proporsional. Siswahyu Kurniawan juga berharap agar para pemerintah daerah ke depan juga agar lebih peduli terhadap pembinaan pesepakbola usia muda, dan harus mendukung program Presiden Joko Widodo untuk Percepatan Pembangunan Sepakbola Indonesia. Jika PSSI kurang peduli, para klub kurang peduli, dan para pemerintah daerah kurang peduli misal, maka bisa dianggap tidak sukseskan Presiden RI Jokowi tersebut. Apalagi untuk sejumlah daerah ada Kepala Daerah baru yang dinilai akan lebih peduli sepakbola usia muda seperti Armuji wakil Walikota Surabaya terpilih, M.Al Barra (Gus Barra) Wakil Bupati Mojokerto terpilih yang akan dilantik pada 17 Februari 2021.

Siswahyu Kurniawan juga menyebut pihak swasta juga harus peduli misal dengan melakukan pembinaan tersendiri atau dengan dana CSR ata partisipasi bentuk lain. Menurut Siswahyu Kurniawan banyak pihak-pihak swasta yang peduli urusan diluar sepakbola, misal yang dilakukan Hariyanto Cheers dkk dimana Cheers air minum yang diproduksi PT Atlantic Biruraya di Pandaan peduli pada isu-isu kesehatan dengan Cheers Healthy Water terlibat aktif bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk wilayah Jatim dan Yayasan Paliatif Surabaya untuk mengkampanyejan hidup sehat. Juga mengkampanyekan #BeraniBerkeringat. Yang hal tersebut menurut Siswahyu Kurniawan, mungkin ke depan perlu ada yang diarahkan untuk sepakbola usia muda.

Baca Juga :  Vaksinasi Merdeka Intan 2021 Polresta Banjarmasin, Diserbu Warga

“Kami sepakat mereka harus lebih peduli pada Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional, dan harus bijaksana,” ungkap Siswahyu Kurniawan penulis buku Humor Sepakbola yang kebetulan juga Komite Media/humas PSSI Mojokerto yang pernah dapat beasiswa di Asian Social Institute (ASI/ Manila Filipina) dalam Community Development, seraya menyebut pentingnya perhatian lebih terhadap pesepakbola usia transisi setelah usia 16 dan seterusnya.

Siswahyu Kurniawan menyebut contoh salah satu klub Liga 2, Putra Safin Group/PSG (milik Wabup Pati Saiful Arifin yang juga pemilik Hotel The Safin, dengan didukung Garuda Food, Bank Jateng, Samaco, Bucherri, Goklat, red.) yang memiliki program bagus ke depan untuk lebih profesional, diantaranya akan kontrak pesepakbola usia muda dengan kontrak jangka panjang.

Baca Juga :  Heryana Dodik Murtono Kasatpol PP Minta Keadilan, Anggota Satpol PP Kota Mojokerto Dianiaya Oknum Perwira TNI

Pada kesempatan terpisah Pratikno SMK Raden Patah yang ke depan berencana mengadakan turnamen untuk U-15 yang akan transisi masuk sekolah SMA/sederajat. “Kita akan adakan turnamen sambil pembinaan ke depan,” ungkap Pratikno yang memiliki sekitar 1.500 siswa, dan memahami pentingnya usia transisi.

Hal yang lebih jauh dilakukan Alwi MJM dengan liga ‘persahabatan’ Majapahit untuk U-18, suatu usia yang lebih potensial untuk transisi menuju profesional. Termasuk mengundang tim-tim yang masih ada pesepakbola U18-nya seperti ARM ISA Sidoarjo, Stamford Batu-Malang, Putra Baja Surabaya, Krian United, Ricky Nelson/RNA Lawang-Malang, SFA Jatim, Mojokerto Soccer Academy/MSA, Surabaya Bhakti. “Kami ke depan akan terus ikhtiar cari jalan menuju pro,” ungkap Alwi yang telah banyak berkorban untuk sepakbola, yang ke depan perlu lebih efektif dengan partnership, apalagi sudah membangun stadion yang cukup mewah di Mojokerto yang tentu ke depan perlu dukungan Pemkab Mojokerto dan jajaran.

Bahkan Ricky Nelson yang pernah menjadi ‘tim-inti’ untuk Danurwindo dalam pembinaan usia muda di PSSI pusat, pun mengapresiasi apa yang dilakukan Alwi dkk bersama Taufik yang dilaksanakan Sigit tersebut. “Agenda seperti ini harus didukung banyak pihak termasuk pemerintah, termasuk misalkan dalam kondisi masih pandemi Covid-19 tapi yang penting dilaksanakan dengan memperhatikan Protokol Kesehatan,” ungkap Ricky Nelson kepada Siswahyu, seraya menyebut para pesepakbola muda usia muda, usia transisi sangat penting untuk lebih diperhatikan. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).

Leave a Reply

Chat pengaduan?