…..” Lesehan Resto Sri Kedaton Punya Pak Samsoe Di Mojoagung Sudah Terlanjur Ngetop, Sudah Terlanjur Disayang Banyak Tokoh,” ungkap salah seorang pengunjung di Resto Sri Kedaton, dari warga NU/Nahdliyin, seolah-olah menyebut hal tersebut seperti semacam ‘tagline’ untuk Resto Sri Kedaton Mojoagung……

JOMBANGtarunanews.com, Rumah Makan/RM Lesehan Sri Kedaton Mojoagung (RM Sri Kedaton atau Sri Kedaton Resto, red.) punya Pak Samsoe dan manejer Mas Hariyono, yang terletak di Mojoagung, Jombang, Jawa Timur ini memang sudah terlanjur ngetop, sudah terlanjur disayang banyak tokoh, sudah terlanjur terkenal meskipun ketika bulan Maret 2020 hingga Oktober 2020 terasa suasana seperti ‘ketat’ dijepit pandemi Covid-19, dan bahkan hingga kini (Januari 2021) masih pandemi Covid-19 walaupun tingkat ketakutan masyarakat tidak sedahsyat pada awal-awal, dan masyarakat sudah mulai antisipatif termasuk mulai terbiasa melaksanakan Protokol Kesehatan alias Prokes.

Namun Resto Sri Kedaton sepanjang menjalani waktu tersebut, tetaplah top sejak diresmikan 1 Januari 2012 (sembilan tahun lalu, red.), oleh Wakil Bupati Jombang (Widjono Soeparno ketika itu, red.) di Jalan Raya Sumobito, Mojoagung, Jombang, Jatim. Diantara pelanggan Resto Sri Kedaton terdapat tokoh-tokoh top termasuk sejumlah anggota DPRI RI dan juga artis.

Tak ketinggalan yang menjadi pelanggan Resto Sri Kedaton adalah Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab yang juga putri salah satu pendiri Nahdlatul Ulama/NU, KH.Abdul Wahab Chasbullah dari Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang. Dimana KH Wahab Chasbullah (yang juga Pahlawan Nasional) mendirikan NU diantaranya bersama KH Hasyim Asyari kakek dari KH Abdurrahman Wahid/Gus Dur (Presiden RI ke-4 setelah Bung Karno, Pak Harto, dan BJ Habibie, red.), dari Ponpes Tebuireng Jombang. Memang Jombang dikenal sebagai tempat asal para tokoh sentral utama pendiri NU pada tanggal 31 Januari 1926 atau 95 tahun yang lalu.

Baca Juga :  Giat Tim Ekskavasi BPCB Situs Candi Pandegong Desa Menganto Hari ke delapan .

“Ini pose foto bersama keluarga besar Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab, saat berada di Resto Sri Kedaton ketika itu,” ungkap Pak Samsoe owner Resto Sri Kedaton, ketika itu menunjukkan foto saat keluarga Hj Mundjidah Wahab beserta keluarga besar berpose foto bersama di lingkungan Resto Sri Kedaton.

Dengan sering dikunjungi kalangan tokoh dan pejabat, termasuk tokoh-tokoh NU, tak mengherankan jika banyak pihak termasuk dari kalangan tokoh maupun warga NU yang menggunakan Resto Sri Kedaton untuk ditempati mengadakan acara-acara. Apalagi Resto Sri Kedaton memang menyediakan tempat, juga hall untuk pertemuan-pertemuan misal hall Kencono Wungu yang mampu menampung 70 – 100 orang tergantung format apakah menggunakan meja/kursi ataukah dengan cara lesehan. Kunjungan dari para tokoh termasuk anggota DPR RI dan artis, serta Bupati Jombang beserta jaringan, merupakan momen-momen hebat Resto Sri Kedaton.

Sehingga dalam suasana peringatan sekitar Hari Lahir/Harlah (HUT) NU, tak lupa Samsoe mengapresiasi para tokoh NU maupun warga NU yang telah menjadi pelanggan Resto Sri Kedaton. Ucapan Selamat Harlah NU ke-95 pun disampaikan Samsoe untuk seluruh jajaran NU, apalagi NU sedang terus ikhtiar menuju Rohmatan Lil Alamin sesuai yang menjadi salah satu poin utama saat berdirinya NU 31 Januari 1926.

*SAMSOE TOKOH SUKSES YANG LOW PROFILE DAN BERFALSAFAH MENDALAM*
Namun Samsoe owner memang merupakan sosok tokoh yang tetap low-profile meskipun Resto Sri Kedaton sudah sangat sering dikunjungi para tokoh nasional, pejabat ataupun artis. “Hidup ini sebenarnya bertujuan apa sih? Yang tahu arah tujuan kita, ya…diri kita sendiri dan Sang Yang Maha Pencipta,” kurang lebih dikatakan Samsoe, mengungkapkan salah satu falsafah kehidupan, di sela-sela ngobrol di komplek Resto Sri Kedaton.

Baca Juga :  PATROLI SKALA BESAR, DATANGI WILAYAH KECAMATAN DIWEK DAN KOTA JOMBANG

Di tengah kesuksesan berbagai bisnis yang ditanganinya, tidak hanya Resto Sri Kedaton Mojoagung tapi juga ada resto lain di Surabaya dan di Mojokerto dengan Soto Dagingnya yang lezat, Samsoe seperti ilmu padi: semakin berisi semakin menunduk, meskipun kegayengannya ngobrol kian mengasyikkan. “Kita kadang seakan-akan memiliki prinsip yang berbeda-beda namun jika direnungi secara mendalam, tujuannya akan tetap sama pada suatu titik,” tandas Samsoe yang juga berbisnis investasi ke berbagai lembaga keuangan.

*BANGUNAN RESTO SRI KEDATON, BANYAK MENGANDUNG UNSUR MAJAPAHIT-NUSANTARA*
Sambil menjamu makan siang ketika itu, tak lupa Samsoe menjelaskan bahwa dalam bagian demi bagian Resto Sri Kedaton, banyak terdapat unsur-unsur Majapahit-Nusantara. Seperti di Pendopo yang merupakan tempat utama perjamuan, disamping ada tempat lesehan-lesehan yang memanjang dari bagian depan resto hingga ke belakang. Perwakilan ‘simbol-simbol’ dari seantero Nusantara itu diantaranya juga terdapat di Pendopo yang juga merupakan ‘joglo-utama’.

Misal dinding-dinding Pendopo itu terdiri dari anyaman-anyaman bambu yang mewakili berbagai daerah di Indonesia termasuk NTB, NTT, Jawa dan lainnya. Begitupun soal menu makanan. Sebagian memang ada Western Food dan Chinnes Food. Namun yang tak kalah adalah menu-menu Nusantara Indonesia, termasuk Nasi Goreng Jawa (yang spesial rasanya, red), Soto Daging Madura, Asam-Asam Gurami dan lain-lain.

Baca Juga :  BMB Bersama Tim Hukum Yusuf – Riza Audiensi Dengan Kapolresta Banyuwangi

Memang yang banyak disukai oleh pelanggan di Resto Sri Kedaton adalah menu bakar-bakaran seperti ikan bakar, iga bakar, ayam bakar dan lainnya, dengan dalih agar rendah kolesterol. Sedangkan menurut Samsoe, beberapa rangkaian sebelum memasak maupun saat prosesi memasak, pihaknya telah menemukan ‘tekhnik-tekhnik’ yang semua jenis makanan itu bisa menjadi rendah kolesterol (bahkan sangat rendah) termasuk menu Bebek Bakar maupun Bebek Goreng.

*ADA EDUKASI TERNAK UNGGAS KHAS, DAN ADA TANAMAN MATOA DARI PAPUA*
Tidak hanya bangunan dan menu makanan yang kental nuansa nusantara. Bahkan ada ternak unggas yang diantaranya dari berbagai daerah di Indonesia sekaligus bermanfaat untuk edukasi. Untuk ternak unggas ditempatkan di belakang komplek resto.

Tak ketinggalan Samsoe juga ‘uji-coba’ sejumlah tanaman dari Nusantara Indonesia tercinta untuk ditanam di lingkungan resto meskipun dengan sangat terbatas, termasuk kesuksesannya menanam Matoa hingga berkembang bagus dan berbuah. Matoa adalah salah satu tumbuhan buah khas dari Papua. Pohon Matoa umumnya berbuah hanya satu kali dalam satu tahun. Biasanya pohon ini berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah tiga bulan atau empat bulan kemudian.

Ketika itu pada saat makan siang bersama di Pendopo utama (bangunan utama Sri Kedaton dengan gaya arsitektur yang indah, antik dan megah, red.) buah Matoa segar juga disiapkan langsung dari pohon oleh Samsoe. Menemani makan siang yang disediakan dengan berbagai menu, mulai dari Nasi Goreng Jawa, Soto Daging Madura, Gurami Bakar, Ayam Bakar, Iga Bakar dan lainnya. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).

Leave a Reply

Chat pengaduan?