Foto: Siswahyu Kurniawan, Gus Ton, Wabup Kebumen, dan Iwan

MIRIT, KEBUMEN – tarunanews.com, Dalam situasi wabah pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) yang telah berlangsung sejak bulan Maret 2020, apalagi kemarin-kemarin ketika ‘dideteksi’ pada puncaknya, banyak kehidupan masyarakat yang terpukul dalam berbagai hal, lebih-lebih soal ekonomi. Tidak hanya buruh pabrik maupun Pedagang Kaki Lima (PKL) dan sejenisnya yang terpukul. Namun yang tak kalah parah adalah yang menimpa para pelatih sepakbola, lebih-lebih pelatih yang bergelut dalam kepelatihan usia dini, pelatih-pelatih di SSB-SSB (Sekolah Sepakbola). Di pelosok, banyak yang parah. Namun tak jarang diantara mereka yang di pelosok itu tetap bertahan, bahkan mengalahkan sejumlah tempat lain yang aksesnya lebih dekat kota. Kurang-lebih hal tersebut diungkapkan Siswahyu Kurniawan penulis buku Humor Sepakbola, dalam diskusi terbatas online Senin kemarin (10/08/2020), “Keprihatinan Pembinaan Pesepakbola Usia Dini Di Sela Covid-19”.

Salah satunya hal tersebut juga terpantau melalui Asosiasi Pelatih Sepakbola Seluruh Indonesia (APSSI) yang diketuai oleh Yeyen Tumena salah satu legendaris sepakbola Indonesia yang juga pernah menjadi asisten pelatih timnas Indonesia (asistennya Simon McMenemy) yang juga salah satu Direktur di klub Liga 1 Indonesia Bhayangkara FC (tahun 2017 saat Bhayangkara FC Juara 1 dan Liga 1 tahun 2018, red.). Dalam APSSI tersebut Yeyen Tumena didukung banyak pelatih-pelatih top Indonesia diantaranya Rahmad Darmawan, Indra Sjafri, Kas Hartadi dan lain-lain.

“Dalam APSSI yang dipimpin Yeyen Tumena, banyak pelatih pelosok, daerah, yang curhat soal kesulitan ekonomi, termasuk sangat beratnya untuk menggerakkan kembali latihan sepakbola usia dini dan muda yang telah vakum berbulan-bulan sejak Maret 2020. Tapi kebanyakan mereka tetap berusaha bertahan, bahkan mengalahkan sebagian yang di kota. Curhat yang wajar saja ke APSSI, yang juga bisa menjadikannya tersebar situasi-kondisi tersebut kepada berbagai pihak termasuk stakeholder terkait, dengan harapan ada respon,” ungkap Siswahyu Kurniawan yang kebetulan sempat beberapa kali bertemu Yeyen Tumena karena menjadi Media Officer (MO) Bhayangkara FC U13-U14-U15-U16 yang latihan di Stadion Polda Jatim di Surabaya dengan manejer AKBP Eddwi Kurniyanto (tahun 2017 – awal 2019), dan kebetulan pula putranya Ahmad Dzaki Ahmad Yuda yang kidal (Dzaki Akmal/Akmal kelahiran 4 Juni 2004/ tinggi badan 177 cm) berkiprah pula di Bhayangkara FC usia muda tersebut dari tahun 2017 hingga awal tahun 2019 sebelum pindah ke tim Kalteng Putra U-16 Liga 1 Elite Pro Academy (Februari – April 2019) lalu diambil Persebaya U-16 Liga 1 Elite Pro Academy dari April 2019 hingga kini.

Baca Juga :  Dinas Pendidikan Jombang Gelar Pendidikan Guru PAUD

APSSI yang diketuai Yeyen Tumena pun bergerak menyentuh berbagai kalangan untuk bahu membahu gotong royong mengumpulkan berbagai bantuan dari berbagai pihak untuk ikut membantu ekonomi masyarakat di tengah situasi Covid-19 kemarin-kemarin, termasuk untuk membantu para pelatih yang kurang beruntung di SSB-SSB. Dari hari ke hari APSSI-nya Yeyen Tumena dkk bergerak, namun para pelatih yang ‘terpaksa’ curhat pun kian banyak. Termasuk curhat yang disampaikan Iwan Santoso dari SSB Biotas Jaya Kebumen (SSB Biotas), satu-satunya SSB di Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah yang wilayah selatan kabupaten tersebut sepanjang 53 kilometer berbatasan dengan Laut Selatan. Iwan Santoso menyampaikan kesulitan SSB-nya untuk bergerak kembali namun dia tetap belum menyerah untuk terus bergerak meskipun dari awal mendirikan SSB tersebut sejak tahun 2011 (sempat vakum, lalu dimulai lagi tahun 2017, red.) hingga kini, dari saat situasi ‘normal’ sebelum Covid-19 hingga dalam situasi Covid-19 ini, belum pernah ada bantuan dari berbagai pihak termasuk Pemkab Kebumen maupun pemerintahan di level yang lebih tinggi, diantaranya Pemprov Jateng. Mungkin belum terdata? Atau memang karena sepakbola di kawasan tersebut pernah seperti dihentikan dan dibenci karena pada masa lalu sering menyebabkan tawuran. Setelah berhenti bertahub-tahun, Iwan Santoso pada tahun 2011 berinisiatif untuk menggerakkan lagi seorang diri dengan berbagai resiko serta cemoohan, bahkan disebut sebagai orang gila.

Sebelum Covid-19, di SSB Biotas Jaya Kebumen di Kecamatan Mirit ini kekuatan para wali murid sudah sangat minim. Kebumen dikenal sebagai Kabupaten termiskin di Jateng. Dengan adanya Covid-19, lebih menggerus ekonomi para wali murid, sehingga kian tidak mampu secara memadai memberikan iuran meskipun katakanlah hanya Rp.30 ribu per bulan. Belum lagi diantara empatpuluh (40) siswa, terdapat lima (5) anak yatim yang digratiskan yaitu Avignam (kelahiran tahun 2007), Khoirul Anwar (2007), Araf (2008), Gunawan (2008), dan Topik (2011). Juga ada delapan (8) anak lain kurang mampu yang digratiskan.

Dari penelusuran melalui berbagai sumber, terungkaplah hal tersebut di SSB Biotas Jaya Kebumen. Barangkali karena saat ini masih ‘ada’ Covid-19 sehingga belum ada bantuan apapun kepada SSB Biotas Jaya Kebumen yang latihannya di lapangan SMAN 1 Merit yang berjarak sekitar dua (2) kilometer di utara dari Laut Selatan (Jawa), dan sekitar 2 km dari kantor Kecamatan Mirit. Meskipun saat ini bola untuk latihan yang dimiliki SSB Biotas Jaya Kebumen tinggallah tiga (3) biji dan dalam kondisi sudah kian rusak, yang sempat diupload dalam publikasi di APSSI. Sehingga memerlukan bantuan bola dan alat dukung lain serta operasional, entah berharap dari manapun, entah dari siapapun.

Baca Juga :  Open Turnamen Sepak Bola Bupati Nias Barat Cup 2023, Segera Digelar.

Menurut Siswahyu Kurniawan memang sewajarnyalah seharusnya pemerintah yang lebih utama tanggap, termasuk Pemerintah-Pemerintah Daerah, agar memberikan bantuan kepada SSB-SSB yang mengalami kesulitan semacam itu. Apalagi dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) tahun 2019 agar dilakukan percepatan pembangunan olahraga sepakbola. Lebih-lebih oleh pemerintah-pemerintah daerah yang harusnya menjadi bagian utama memperkuat pembangunan tersebut. Begitupun Pemkab Kebumen dan Pemprov Jateng maupun pusat, lebih-lebih jika sudah mulai pulih dari Covid-19.

Faktor lain kurangnya perhatian suatu Pemerintahan Daerah terhadap SSB, bisa saja disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk Kabupaten Kebumen diantaranya karena ada gonjang-ganjing bupati yang terkena kasus. Kemudian dilanjutkan oleh Bupati ‘Pengganti Antar Waktu’ (PAW) yaitu KH. Yazid Mahfudz dan Wakil Bupatinya Arif Sugiyanto. PAW tersebut juga akan segera berakhir, dan kini juga menuju ‘transisi’ yang lain karena Pemilihan Bupati Kebumen akan digelar pada 9 Desember 2020. Calon terkuat, bahkan kemungkinan besar menjadi calon tunggal adalah Arif Sugiyanto yang kini masih menjabat Wabup Kebumen. Kenapa Arif Sugiyanto yang pengusung utamanya PDIP itu hampir ‘aklamasi’ diusung oleh 50 kursi DPRD Kebumen? Hampir semua parpol menyatakan bahwa Kebumen membutuhkan bupati yang energik dan gesit seperti Arif Sugiyanto, apalagi ke depan Kabupaten Kebumen harus berupaya keras agar tidak lagi menjadi Kabupaten Termiskin di Jawa Tengah. Mungkin juga agar tidak miskin jumlah pesepakbola usia mudanya?

Siswahyu Kurniawan memiliki harapan besar, dan yakin jika Arif Sugiyanto terpilih menjadi Bupati Kebumen, maka lebih peduli pada para pesepakbola usia dini/muda, peduli kepada SSB-SSB dan para pelatihnya. Apalagi banyak anak-anak yatim dan miskin di Kebumen, termasuk yang ingin jadi pesepakbola. Siswahyu Kurniawan juga berharap, nantinya juga ada perhatian dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang selama ini juga dikenal suka blusukan ke masyarakat bawah, dan digadang-gadang menjadi Calon Presiden 2024, semoga juga segera blusukan dan membantu SSB-SSB yang memerlukan bantuan.

Baca Juga :  5 Mobil Baru Siaga Bencana BPBD, Inilah Fungsinya!

“Jika ingat anak yatim piatu dan anak-anak miskin, saya juga teringat Gus Haji Mas Sulthon yang dikenal peduli kepada anak yatim, kepada yang miskin, juga kepada para musafir miskin dan sejenisnya. Saya banyak mendengar mengenai Gus Haji Mas Sulthon atau Gus Ton itu dari orang-orang dekatnya. Gus Ton yang mempunyai banyak tempat di Jawa maupun di luar Jawa, bahkan luar negeri, yang bervisi Berjuang Untuk Kesejahteraan, dan banyak dilakukan secara diam-diam,” ungkap Siswahyu Kurniawan yang juga penulis buku Bung Karno Dan Pak Harto ini, seraya menyebut di luar Kebumen juga banyak para pesepakbola usia dini/muda yang yatim, miskin, memerlukan perhatian dan dukungan berbagai pihak. Siswahyu Kurniawan pun berseloroh, jika untuk masuk ke suatu tim-tim dengan level tinggi, lantas misal dipaksa harus dengan suap yang berjuta-juta rupiah seperti yang pernah disuarakan berbagai pelatih kalangan ‘bawah’, maka para pesepakbola yang yatim, juga yang miskin itu pasti tidak akan pernah bisa masuk ke tim-tim top dan level nasional. Mungkin perlu sponsor untuk tim yang diantaranya diisi oleh anak yatim, anak-anak miskin.

Sekadar catatan, Arif Sugiyanto yang masih menjabat Wabup Kebumen saat ini, juga menjadi Cabup Kebumen ‘aklamasi’ tercatat, dikenal banyak memegang posisi sebagai Bendahara di berbagai organisasi. Diantaranya menjadi Bendahara Umum MKGR dan Kosgoro Jawa Tengah, tahun 2017 – 2018. Arif Sugiyanto juga menjadi Pendamping Wilayah Barat DPP Bakumham (Lembaga Bantuan Hukum Dan HAM) DPP Partai Golkar. Arif Sugiyanto juga disebut menjadi Bendahara PCNU Kebumen. “Semoga SSB Biotas Jaya Kebumen, maupun yang lain di tempat lain, agar segera mendapat bantuan entah dari manapun, untuk percepatan pembangunan olahraga sepakbola Indonesia sebagaimana yang diinstruksikan Presiden RI Joko Widodo. Begitupun kemungkinan bantuan dari BUMN/BUMD, pihak swasta maupun yang lain,” pungkas Siswahyu Kurniawan. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Sis).

Leave a Reply

Chat pengaduan?